KESADARAN TINGGI SEBAGAI MANIFESTASI TAQWA

Sep 26, 2025 | Artikel Islam

Oleh, Dr. KH. Abdul Hayi Imam

(Pengasuh Ponpes Gedongan Cirebon)

Salah satu rukun Khutbah adalah Khotib wajib berwasiat “Marilah kita terus berupaya secara optimal menjalankan Imarot (segala perintah Allah), dan menjauhi Nahiyat (segala bentuk larangan-Nya). Baik yang bersifat: Qolbiyyah (hati), Qowliyyah (tutur kata,ucapan), maupun   Fi’liyyah (perbuata, prilaku,Tindakan, dan kebijakan)”.  Lazim disebut Al-Taqwa.

Shahabat Ibnu Mas’ud RA berkata;  “Taqwa kepada Allah itu agar Allah tidak dilanggar aturan-Nya, diingat bukan dilupakan, disyukuri nikmat-Nya dan bukan diingkari”.

Al-Quran; Surat Al-Ahzab: 41
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اذْكُرُوا اللّٰهَ ذِكْرًا كَثِيْرًاۙ

Wahai orang-orang yang beriman berdzikirlah kepada Allah dengan dzikir yang banyak.” dan

 Al-Quran; Surat Al-Ro’du: 28
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُۗ

 “Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan Dzikir niscaya hati akan menjadi tentram”.

Marilah kita berbekal dengan Taqwa, karena sebaik-baik bekal adalah Al-Taqwa.

“Fainna khoiyro -al-Zaadi al-Taqwa”. Bahkan lebih dari itu: “Barang siapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia (Allah) akan mengadakan baginya jalan keluar” dari segala kesulitan yang dihadapi, dan “memberinya rizqi dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” Serta “Dan barang siapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Allah akan menjadikan baginya kemudahan dalam segala urusan/persoalannya.”

Di era serba modern ditandai dengan kecanggihan medsos. Belum tuntas Four point zero dan five point zero, kini kita dihadapkan pada kecerdasan buatan (AI). Pada Era ini butuh kesadaran Tinggi.

Dalam khutbah ini, izinkan Khotib mengambil topik  “KESADARAN TINGGI SEBAGAI MANIFESTASI TAQWA”

Apakah kesadaran itu? Dalam teori Rosental 1986, dan Block 1995 terdapat kesadaran transitive dan intransitive. Secara umum “Sejatinya Kesadaran adalah kewaspadaan yang tinggi dari seseorang terhadap (Si-li-kon, A-Pik). Waspada terhadap Situasi, Lingkungan, dan Kondisi berlandaskan Akal Sehat,Waras secara combine bersinergi dengan Pikiran yang Benar dan Baik.

Khazanah keberagamaan kita menuntut kewaspadaan. Situasi apa, Lingkungan mana kita berada, serta dalam Kondisi bagaimana? Kita harus arif, bijak, dan cerdas menyikapinya dalam berbagai perbuatan agar bernilai ibadah. Tapi tetap wajib disadari untuk tidak bergeser sedikitpun ke-Iman-an, Ke-Islam-an, dan Akhlaq kita. “Sesungguhnya Agama (yang diridloi) di sisi Allah ialah Islam” (QS.Ali Imron:19)

Esensi ajaran agama Islam adalah ketundukan mutlak kepada Allah Swt. Yang terwujud dalam keyakinan (Aqidah), pelaksanaan hukum (Syariat), perilaku baik (Akhlaq) yang bertujuan meraih kedamaian, keadilan, dan keselamatan diri serta orang lain dengan Alqur’an dan Sunnah Nabi Muhammad Saw. Sebagai pedoman utama.

Tiga aspek pokok Ajaran Islam :

Pertama : Aqidah (Keyakinan).

Aqidah yang kuat akan menjadi landasan dalam menjalani seluruh aspek kehidupan. Tantangan kehidupan di zaman akhir ini semakin berat. Dengan aqidah yang kuat seharusnya mendorong kita pada mentalistik : Setiap kendala yakinlah Allah yang memiliki kendali. Setiap masalah, pastikan Allah memberikan solusi. Sebagai orang yang beriman dan mengimani, kewajiban kita hanya berikhtiar kemudian fatawakkal A’lallah dan berdoa menadahkan tangan, Allah akan turun tangan. Manusia dalam perspektif tauhid bukan Subjek tapi Objek, bukan Fa’il tapi Maf’ul. Mengatasi masalah, dan kendala, serta menadahkan tangan adalah bagian dari kesadaran yang mendalam keimanan kita.

Kedua : Syariat (Hukum)

Aturan dan hukum yang mengatur kehidupan seorang Muslim/Muslimah mencakup : Imarot (perintah-perintah), dan Nahiyat (larangan-larang) yang mejadi  pedoman hidup untuk mencapai kebaikan dan menghindari keburukan, bahkan disertai dengan contoh-contoh masa lalu maupun yang akan datang. Seyogyanya kita di abad mutakhir ini lebih menguatkan spiritual dalam beragama.

Ketiga : Akhlaq (moralistik)

Penerapan nilai-nilai moral seperti : Kasih sayang, Kejujuran, Kesabaran, Keikhlasan dan keadilan adalah ajaran hubungan baik dengan Allah, dengan sesama manusia, dan dengan alam semesta.

Sebagai manusia kodratnya memiliki energi potensial Insaniyyah (Akal dan Pikiran)serta energi potensial Ilahiyyah (Dalam fitrahnya semenjak lahir di dunia dalam keadaan suci). Kedua orangtuanya yang akan membentuk prilakunya atas kudrot irodat Allah. Namun pada dasarnya diciptakan semata-mata untuk pengabdian diri beribadah, beramal kebajikan. “Dan Aku tidak menciptakan Jin-jin dan Manusia-manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku” (QS.Adz-dzariyat ; 56)

Keberagamaan kita dalam beribadah serta beramal sholih : didasari Aqidah (keyakinan), Syariat (hukum-hukum) dan Akhlak (moralitas) tidak lain supaya terbangun:  Husnu ad-diniyyah (baik dalam beragama, yakni tidak memiliki prasangka diri paling sholeh). Semua orang pasti memiliki kesalahan,kekhilafan,kekeliruan, dan dosa. Inna Akromakum Indallohi Atqokum (Bahwa sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling taqwa diantara kamu).

Beragama dengan baik pada tataran amaliah kehidupan itu berangkat dari:

Husnu al-mu’asyaroh (baik dalam pergaulan rumah tangga), yakni mendahulukan kewajiban daripada menuntut hak),

Husnu al-mu’amalah (baik dalam berinteraksi sosial). Perbedaan pasti ada, dan sebagai sebuah keniscayaan. Karena kullu ro’sin ro’yun (setiap kepala/orang punya pandangan).

Husnu al-musyarokah (baik dalam bermasyarakat).

Sebagai rakyat mematuhi ketentuan regulasi, undang-undang, tatanan adat-istiadat dan budaya. Manakala terjadi ketimpangan berupayalah mendahulukan jalur sesuai koridor serta kelembagaan secara santun dan bermartabat. Sebagai pejabat, atau pemimpin sadar menjaga dan menjalankan kepemimpinannya mengutamakan kepentingan masyarakat, keadilan masyarakat serta mendahulukan kebijakan yang lebih bermanfaat bagi kehidupan rakyat.

Kesimpulan:

“Kesadaran Tinggi sebagai Manifestasi Taqwa” itu didasari pada Aqidah, Syariat, Akhlaq untuk membangun peradaban keberagamaan yang Husnu ad-Diniyyah (baik dalam beragama). Berangkat dari tataran Husnu al-Mu’asyaroh (baik dalam pergaulan), Husnu al-Mu’amalah (baik dalam berinteraksi sosial), dan Husnu al-Musyarokah (baik dalam bermasyarakat). Setiap kehidupan seseorang sering berhadapan dengan kendala yakinlah Allah yang memiliki kendali. Setiap masalah, pastikan Allah memberikan solusi. Sebagai orang yang beriman dan mengimani, kewajiban kita hanya berikhtiar kemudian fatawakkal A’lallah dan berdoa menadahkan tangan, Allah akan turun tangan.

Demikian khutbah singkat ini, Semoga kita mampu memanifestasikan kesadaran untuk meningkatkan ketaqwaaan kita kepada Allah Swt..

Akhirnya, sebagai penutup  ( membaca Surat Al-Ashr).

Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran

Wallahu A’lam Bisshowabi

Follow Sosial Media At Taqwa :

Berita Terkait

SEBAIK-BAIKNYA BEKAL ADALAH TAQWA Oleh: H. Didin Nurul Rosidin KHUTBAH JUM’AT MASJID RAYA AT-TAQWA KOTA CIREBON

SEBAIK-BAIKNYA BEKAL ADALAH TAQWA Oleh: H. Didin Nurul Rosidin KHUTBAH JUM’AT MASJID RAYA AT-TAQWA KOTA CIREBON

KHUTBAH JUM’AT MASJID RAYA AT-TAQWA KOTA CIREBON 17 OKTOBER 2025 Oleh: H. Didin Nurul Rosidin SEBAIK-BAIKNYA BEKAL ADALAH TAQWA Khutbah I الْحَمْدُ لِلّٰهِ الْمُنْعِمِ عَلَى مَنْ أَطَاعَهُ وَاتَّبَعَ رِضَاهُ، الْمُنْتَقِمِ مِمَّنْ خَالَفَهُ وَعَصَاهُ، الَّذِى يَعْلَمُ...

TUJUAN UMAT ISLAM MEMPERINGATIMAULID NABI MUHAMMAD SAW

TUJUAN UMAT ISLAM MEMPERINGATIMAULID NABI MUHAMMAD SAW

Oleh, Dr. H. Sahrudin, M.Pd.I (Pengurus At-Taqwa Centre Kota Cirebon) Kenapa kita merayakan maulid? Karena kelahiran Nabi Muhammad ke muka bumi ini adalah nikmat dan rahmat teragung yang Allah anugerahkan kepada kita. Peringatan maulid adalah bentuk syukur kita kepada...

Pin It on Pinterest

Share This