TERAPI KEJIWAAN DALAM AL QUR’AN Oleh, Dr. KH. Toto Santi Aji, M.Ag Dosen Ilmu Al Qur’an dan Tafsir UMC

Jan 31, 2025 | Artikel Islam

TERAPI KEJIWAAN DALAM AL QUR’AN

Oleh, Dr. KH. Toto Santi Aji, M.Ag

Dosen Ilmu Al Qur’an dan Tafsir UMC

1. Hati Sebagai Pusat Kendali

Elemen inti dalam diri manusia adalah al Rûh (ruh), istilah lainnya adalah al Nafs (jiwa) atau disebut juga dengan al Qolb (hati). Oleh karena itu, jika ada masalah-masalah yang berkenaan dengan kondisi kejiwaan manusia, seperti kepribadian buruk, sifat tercela, stress, penyakit hati, perbuatan dosa, kesesatan dan kemusyrikan serta berbagai masalah yang lainnya, maka yang harus diperbaiki, dibenahi dan disucikan adalah jiwanya atau hatinya. Jika hatinya baik maka akan baik semuanya, tapi jika hatinya buruk maka akan buruk semuanya.

Nabi S.A.W bersabda :

Dan ketahuilah pada setiap tubuh ada segumpal darah yang apabila baik maka baiklah tubuh tersebut dan apabila rusak maka rusaklah tubuh tersebut. Ketahuilah, ia adalah hati”.  (HR. Bukhari)

Proses perbaikan, pendidikan dan pembinaan terhadap hati, dilakukan melalui pendidikan Al Qur’an yang diterjemahkan melalui kesungguhan ibadah, khususnya kekhusyu’an sholat, penjiwaan tadarus, pengjhayatan dzikir, kekuatan do’a dan berbagai riyadhoh-riyadhoh secara spiritual. Dalam hal ini, bagaimana menjadikan al Qur’an & perintah-perintah al Qur’an sebagai terapi kejiwaan.

Salah satu fungsi Al Qur’an adalah sebagai al syifa (penyembuh), didalamnya mengandung muatan-muatan terapi kejiawaan atau psikologis yang sangat kuat, efektif dan mendalam.

Terapi kejiwaan berdasarkan al Qur’an menitik beratkan pada aspek penjiwaan atau penghayatan atau kehadiran hati.

Penjiwaan yang dilakukan secara terus menerus melalui aktivitas sholat, tadarus, dzikir, do’a dan berbagai ibadah yang lainnya, maka akan membentuk sentuhan, goresan dan suasana Quraniyah didalam hati.

Oleh karena itu al Quran tidak cukup untuk dibaca, dihafalkan, dikaji, ditafsirkan tapi juga harus diterapikan hingga diamalkan. Maka, hati yang senantiasa diterapikan al Qur’an di dalamnya akan menumbuhkan energi ketuhanan yang kuat, yang akan mempu membuat perubahan dalam suasana hati, pengendalian lisan hingga pada perbuatan yang lebih baik.

2. Al Qur’an Sebagai Terapi Kejiwaan

Pendidikan jiwa melalui instrument hati terdiri dari berbagai macam segmen, diantaranya meliputi pendidikan emosi, mental, spiritual, ruhani dan kepribadian atau akhlaq yang baik. Dan inilah yang menjadi materi dalam pendidikan jiwa.

Sedangkan media dan sarana yang digunakan untuk membentuk karakteristik individu seperti tersebut diatas adalah al Qur’an. Hal ini dikarenakan al Qur’an adalah sebuah hudan linnâs (petunjuk bagi manusia) yang memuat berbagai macam petunjuk Allah kepada manusia, dari mulai petunjuk ibadah, mu’amalah, berumahtangga, bermasyarakat, bernegara, berhukum, berekonomi hingga petunjuk membentuk jiwa yang mutma’inah (tenang) dengan terbentuknya hati yang akan berdampak kepada emosi, mental, spiritual, pikiran dan kepribadian yang Qur’ani.

Melalui petunjuk dan bimbingan al Qur’an inilah maka akan didapat konsep dan cara pembentukan hati, emosi, mental, spiritual serta kepribadian yang bersih, lurus dan terkendali. Proses pendidikan jiwa, dengan cara membentuk hati inilah yang dinamakan dengan “Terapi”.

Terapi disini artinya, bagaimana jiwa melalui instrumen hati dibentuk agar terjadi perubahan yang lebih baik. Sehingga hati yang kotor menjadi bersih, jiwa yang bergejolak menjadi tenang, sifat-sifat yang buruk menjadi baik, aqidah yang menyimpang menjadi lurus, hingga kepribadian yang buruk menjadi baik, ibadah yang berat menjadi ringan.

Jika kita cermati, dalam ayat-ayat al Qur’an terdapat sebuah konsep pendidikan Islam yang menfokuskan kepada pendidikan jiwa melaui instrumen hati manusia, yang akan mampu membentuk kepribadian dan karakter yang Qur’ani.

Dalam beberapa ayat Allah berfirman :

اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ الَّذِيْنَ اِذَا ذُكِرَ اللّٰهُ وَجِلَتْ قُلُوْبُهُمْ وَاِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ اٰيٰتُهٗ زَادَتْهُمْ اِيْمَانًا وَّعَلٰى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُوْنَۙ ۝٢
الَّذِيْنَ يُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَۗ ۝٣

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.” (QS. Al Anfal [8] : 2-3)

Dari keterangan ayat diatas menunjukkan bahwa, jika efek dzikir mampu menggetarkan hati, maka akan menimbulkan peningkatan keimanan untuk mengamankan (menjalankan) ayat-ayat Allah.

Dalam ayat yang lain, Allah berfirman:

“…. apabila dibacakan ayat-ayat Allah yang Maha Pemurah kepada mereka, Maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis.” (QS. Maryam [19] : 58)

Ayat ini menunjukkan betapa tajamnya sentuhan al Qur’an kedalam hati, sehingga mampu menimbulkan reaksi fisik dengan tersungkur, tersujud dan menangis. Jika hati disentuh, sedangkan hati adalah pusat yang ada dalam diri manusia, maka akan mempengaruhi elemen tubuh yang lainnya.

Ayat selanjutnya menerangkan:

“ … gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu dzikir (mengingat) Allah…”  (QS. Az-Zumar [39] : 23)

Ayat ini semakin menguatkan, bahwa saat dzikir ayat-ayat Allah dilakukan maka akan terjadi sentuhan dalam hati yang berdampak pada reaksi fisik berupa bergetarnya kulit (merinding), yang kemudian akan menghantarkan suasana ketenangan dalam hati dan kerilekan pada tubuh.

وَاِذَا سَمِعُوْا مَآ اُنْزِلَ اِلَى الرَّسُوْلِ تَرٰٓى اَعْيُنَهُمْ تَفِيْضُ مِنَ الدَّمْعِ مِمَّا عَرَفُوْا مِنَ الْحَقِّۚ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَآ اٰمَنَّا فَاكْتُبْنَا مَعَ الشّٰهِدِيْنَ ۝٨٣

“ Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu Lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Al Quran) yang telah mereka ketahui (dari Kitab-Kitab mereka sendiri)…” (QS. Al Maidah [5] : 83)

Ayat ini ikut menegaskan dari keterangan sebelumnya, dimana kekuatan ayat-ayat al Qur’an dapat menyentuh hati dan menggetarkan jiwa sehingga mampu melelehkan air mata hamba-hamba yang beriman.

Sentuhan hati dan getaran jiwa seperti ini merupakan bentuk terapi psikologi yang akan membangkitkan kesadaran dan itikad hati untuk melakukan perubahan dalam diri.

Adapun bentuk-bentuk terapi kejiwaan dalam al Qur’an, yang mampu menyentuh hati dan menggetarkan jiwa, dapat diaktualkan melalui beberapa ibadah-ibadah ubudiyah dan amaliyah.

Selain dzikir (baik dalam arti sempit maupun luas) seperti tersebut dalam beberapa ayat di atas, juga pada ayat-ayat yang lain,  diantaranya sebagai berikut:

Allah berfirman dalam al Qur’an:

“Orang-orang yang telah Kami berikan Al kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itu beriman kepadanya. dan Barangsiapa yang ingkar kepadanya, Maka mereka Itulah orang-orang yang rugi.” (QS. Al Baqarah [2] : 121)

Ayat tersebut diatas menggambarkan, jika seorang muslim mampu mentadaruskan ayat-ayat al Qur’an secara terus-menerus, dengan cara tadarus yang benar (benar dalam tajwidnya, makhrajnya, artinya, maknanya dan penjiwaannya) sehingga melingkupi semua aspek dalam bacaan al Qur’an, maka seseorang tersebut akan mampu mengimani (mengamalkan) ayat-ayat al Qur’an yang dibacanya.

Dalam ayat yang lainnya lagi, Allah berfirman:

“Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu (utamanya shalat) akan menghapuskan (dosa)/ perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.” (QS. Huud [11] : 114)

Melalui penjelasan ayat tersebut di atas, kemampuan seseorang dalam aqimu al-sholat yaitu, sholat yang matang, berkualitas, kuat dan mendalam, dengan kata lain shalat yang khusyu’ dan tertib (bukan sekedar af’alu al-sholat: menjalankan shalat saja) akan menjadikan seseorang itu mampu merubah seseuatu yang buruk kedalam sesuatu yang baik dalam dirinya.

Apabila kita perhatikan tiga contoh ayat tersebut di atas, mengisyaratkan bahwa jika dalam berdzikir mampu menggetarkan hati, dalam tadarus dapat dilakukan dengan benar sehingga bisa terjiwai serta dalam shalat yang dilakukan mampu dirasakan oleh hati sehingga tercapai kekhusyu’an, maka akan berdampak matangnya keimanan dan terjadinya perubahan ke arah yang lebih baik.

Ini artinya, jika dalam membaca al Qur’an, berdzikir, sholat dan menjalankan berbagai perintah al Qur’an yang lainnya tidak sekedar dijadikan kewajiban belaka atau sebagai wujud ibadah semata, akan tetapi juga di-“terapi”-kan dalam diri dengan melakukan penjiwaan yang dalam maka kekuatan penjiwaan tersebut akan meresap dan menhujam dalam hati menjadi energi keimanan yang sangat kuat.

Selain Dzikir, sholat dan tadarus bisa menjadi media terapi psikologi, demikian juga dengan perilaku infaq atau shodaqoh yang diiringi dengan kesucian hati (QS. 2 : 261-270), shaum yang diikuti dengan pengendalian diri (QS. 2 : 183), dan haji atau umrah yang dilakukan dengan gerakan ruhiyah bathini melalui latihan-latihan manasik ruhani (QS. 2 : 196-203 dan QS. 22 : 26-30).

Lebih lengkap lagi, jika terapi kejiwaan ini dibuat dalam bentuk psikoterapi Qur’an, dimana ayat, dzikir dan do’a dilakukan di luar ranah ibadah namun nuansa ruhiyah, kekhusyu’an dan keridhoan tetap dapat dihadirkan.

Juga melalui konsultasi masalah dengan solusi penyelesaian merujuk pada petunjuk-petunjuk al Qur’an dan keterangan-keterangan dari sunah Rasul, akan menjadi kekuatan terapi tersendiri pada saat hal itu dilaksanakan dengan disiplin dan keikhlasan. Dan semuanya itu akan bermuara pada hati (jiwa).

 

Follow Sosial Media At Taqwa :

Berita Terkait

SEBAB DAN AKIBAT TAKABUR Oleh, Mohamad Taufik, M.Pd (Ketua II At-Taqwa Centre Kota Cirebon)

SEBAB DAN AKIBAT TAKABUR Oleh, Mohamad Taufik, M.Pd (Ketua II At-Taqwa Centre Kota Cirebon)

SEBAB DAN AKIBAT TAKABUR Oleh, Mohamad Taufik, M.Pd (Ketua II At-Taqwa Centre Kota Cirebon) وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِى الْاَرْضِ مَرَحًاۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْرٍۚ ۝١٨ "Janganlah memalingkan wajahmu dari manusia...

Pin It on Pinterest

Masjid Raya At-Taqwa Kota Cirebon
KHUTBAH AT-TAQWA CIREBON. TERAPI KEJIWAAN DALAM AL QUR’AN Oleh, Dr. KH. Toto Santi Aji, M.Ag
https://tafsirweb.com/jadwal-sholat?id=63
Infaq Online Masjid At-Taqwa Cirebon
H. Syaeful Badar, Penerima Hadiah Umroh, Berkah Ngopeni Masjid
Rapat Kerja At-Taqwa Centre 2025 di Ponpes Bina Insan Mulia Cirebon: Membangun Sinergi dan Kolaborasi dalam Mewujudka Visi At-Taqwa Centre yang Ramah, Smart, & Moderat
Koperasi Attaqwa, Koperasi Unggul Jadi Pusat Study Banding SMK dari Bandung
Mendongeng Kisah Isra Mi’raj di RA Tahfizh At-Taqwa; Para siswa Senang Menyimak Kisah Nabi Muhammad SAW
SEBAB DAN AKIBAT TAKABUR Oleh, Mohamad Taufik, M.Pd (Ketua II At-Taqwa Centre Kota Cirebon)
NISFU SYA’BAN: PERSIAPAN SPIRITUALITAS IBADAH PUASA (Menahan, Menuhan dan Memanusiakan)  Oleh, Prof.Dr.Hajam, M.Ag  (Guru Besar UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon)
MENJAGA KUALITAS HATI Oleh. H.Ahmad Muthohar, M.M (Khodim Ponpes Dar An-Nahdloh)
Share This