Oleh, Drs. H. Muhamad Thoha
(Pengurus MUI Kota Cirebon)
Pertama mari kita panjatkan sukur kepad Allah swt yang telah melimpahkan rahmat dah karuniNya kepada kita sekalian dengan ycapan alhamdulillaah.
Shalawat dan salam semoga Allah limpahkan kepada junjungan nabi kita MUhamad saw serat keluarga dan sahabatnya termasuk kepada kita selaku umatnya sampai akhir zaman. Amin
Marilah kita terus berusaha untuk meningkatkan taqwa kita kepada Allah swt. Sebab dengan taqwa kita akanmendapatklan derakaat kemuliaan dari Allah swt sebagainama firmaNya,
“Sesungguhnya orang yag paling mulia di antara kamu adalah orang yang paling adalah orang yang paling taqwa.” (QS. Al Hujurat, 13)
Hari jumat tanggal 5 September 2025 yang lalu dinyatakan hari libur Nasional bertepatan dengan tanggal 12 Rabiul awal adalah merupakan bagian dari menghormati hari lahir nabi kita Muhamad saw. bagi kita sebagian besar bangsa Indonesia merayakan hari kelahiran nabi sudah menjadi tradisi yang sudah melekat dalam benak kita umat Islam Indonesia. Peringtan Maulid merupakan salah satu wujud kecintaan kita kepada nabi Muhamad saw. ucapan rasa cinta itu diungkapkan dalam expresi yang beragam. Ada yang dalam bentuk ceramah, pembacaan Barzanzi, atau dengan perpaduan tradisi di daerah seperti di daerah kita Cirebon dengan sekatenan dll.
Kalau kita sejenak merenungi sejenak ternyata peringatan Maulid nabi bisa berdampak positif dalam pembentukan akhlak taua karakter umat Islam khususnya di Indonesia, karena ada salah satu peringatan mauled tersebut dengan mengundang para penceramah ahli dan dalam cermah itu kita akan mendengarkan berbagai macam topic yang menjelaskan tentang sosok pribadi nabi Mohamad dalam berbagai macam aspek terutama yang berjkaitan dengan moral dan akhlak pribadi beliau.
Namun mungkin saja atau boleh saja jadi gambaran atau bayangan tentang akhlak atau karakter mulia dari nabi sudah terlupakan dalam benak kita karena seriring dengan perjalanan waktu dan kesibukan kita. Bagi kita yang kebetulan jadi pemimpin formal atau non formal atau yang menduduki jabatan public boleh jadi sudah lupa tentang akhlak atau karakter nabi Muhamad saw tentang bagaimana membimbing masyarakat yang benar. Atau sebagai wakil rakyat sudah lupa pada perjanjiannya selama ini atau kita sebagai pejabat lupa pada amanah secara keseluruhan yang menjadi taggung jawabnya. Boleh jadi kita sebagai muslim sudah lupa tentang akhlak nabi Muhamad saw.
Maka datangnya maulid tahun ini menjadi momentum yang sangat tepat lalai mejadi sarana untuk melawan penyakit amnesia (pelupa) terhadap akhlak rasulullah saw yang sudah mewabah di antara kita.
Sebenarnya ada banyak contoh teladan yang dapat kita terima dari Rasulullah saw. jika Alquran diibaratkan sebagai mutiara yan memantulan cahaya yang beraneka ragam warna cahaya. Demikian pula pada diri Rasulullah saw. dengan maulid nabi kita bisa merenung atau menyegarkan ingatan kita sekaligus memetik hikmah apa saja yang terdapat dalam diri beliau. Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah swt,
“Sungguh telah ada pada diri rasulullah suri teladan yang baik bagi orang-orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan banyak berdzikir. (QS.Al Ahzab:21)
Dalam ayat lain Allah berfirman,
“Dan sesungguhnya pada dirimu ada akhlak yang agung”. (QS.Al Qalam”4)
Apabila kita cermati ayat di atas menjelaskan kepada kita bahwa dalam diri Rasulullah saw sudah ada akhlak yang mulia. Keelokan perangainya tidak hanya diakui oleh umat Islam tetapi juga diakui oleh orang non muslim. Rasanya tidak heran jika sejak belia beliau sudah diberi gelar “al amin” yang artinya “orang yang dipercaya”. Kejujurannya diakui seantero dunia dan kebaikan akhlaknya digambarkan oleh Al Iman Busyairi dalam syairnya :
- Alangkah agung Rasul yang selalu dihiasi budi pekerti yang mulia itu
- Kepribadiannya selalu diselimuti oleh kebaikan
- Wajahnya selalu dihiasi oleh senyum keramahan yang menawan
- Dia lemah lembut ibarat bunga menundang pesona ibarat bulan purnama
- Luas kedermawannya ibarat samudra dan sangat pasti cita-citanya ibarat perjalanan masa
Sebagaimana kiya ketahui nahwa misi utama diutusnya nabi ke bumi adalah untuk perbaikan akhlak. Syekh Yusuf Al Qardhawi dalam bukunya yang berjudul “Kaifa nata’amalu ma’al qur’an” (Bagaimana berinteraksi dengan Al Quran), beliau menyebutkan bahwa salah satu tujuan syariat Islam adalah untuk mensucikan hati manusia dan meluruskan akhlak sebagaimana sabda nabi dalam haditsnya,
“Sesungguhhya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak” (HR. Baihaqi)
Dengan modal akhlak ini pulalah Islam tersebar dan berkembang dalam tempo yang singkat dijazirah Arab. Praktek hidup yang baik inilah dikembangkan baik di Mekah maupun di Madinah yang memberi gambaran kepada kita bahwa peranan akhlak dalam kehidupan itu sangat urgen sekali. Artinya penerimaan masyarakat terhadap kebenaran yang disampaikan dengan akhlak si penutur yakni Rasulullah saw. kebenaran itu akan cepat meresap dalam hati sanubari apabila disampaikan dengan cara-cara yang elegan seperi yang dicontohkan olehh nabi saw.
Berbicara tentang akhlak pada hari-hari terakhir ini bisa jadi akan membuat air mata kita menetes. Bagaimana tidak hamper setiap harimedia media social atau media elektronik memberitakan tentang kemungkaran social yang terjadi di sekitar kita. Tapi buka berarti bahwa negeri kita penuh degan penjahat. Tidak. Namun suara-suara tentang kejahatan atau kemungkaran lebih massif dari pada kebaikan. Maka dengan mengungkap kembali kepribadian Rasulullah adalah solusi terapi nyata untuk keluar dari jeratan masalah kemungkaran. Karena Rasulullah telah mencontohkan kepada kita,
Demikianlah uraian ini tentang pesan moral dalam memperingati Maulid Nabi Muhamd saw. semoga demgan peringatan mauled akan menghilangkan amnesia kita dari pesan-pesan akhlak Rasulullah yang telah disampaikan dan dipesankan,
Semoga dengan peringatan Maulid akan membawa perubahan dalam tingkah laku kita dalam keluarga, dalam bermasyarakat dan dlam bernegara. Peringatan yang kita lakukan tidak hanya seremonial atau formalitas belaka.
Sebagai penutup kami sampaikan hadits nabi tentang keharusan mengikuti ajaran nabi,
“Tidak sempurna iman seseorang sampai hawa nafsunya menghikuti ajaran yang aku bawa.” (HR/Abu Dawud, Al Al Bukhari dll)









