NISFU SYA’BAN: PERSIAPAN SPIRITUALITAS IBADAH PUASA (Menahan, Menuhan dan Memanusiakan) Oleh, Prof.Dr.Hajam, M.Ag (Guru Besar UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon)

Feb 15, 2025 | Artikel Islam

 

  1. NISFU SYA’BAN
  • Nisfu Sya’ban waktu yang tepat untuk memperbanyak ibadah dan amal soleh sebagai persiapan fisik dan mental kerohaniaan untuk menyambut datangnya tamu Allah, yaitu bulan Ramadhan yang di dalamnya kita diwajibkan untuk menjalankan ibadah puasa.
  • Nisfu Sya’ban atau pertengahan bulan Sya’ban ini sebagai momentum untuk muhasabah dalam arti untuk melakukan upaya introspeksi diri terhadap progress tingkah laku, perbuatan kita selama sebelas bulan yang lalu apakah semakin baik dan bermutu, atau sebaliknya, hali ini juga untuk persiapan mental-spiritual kita untuk menjalankan ibadah puasa nanti di bulan Ramadhan dengan penuh himah dan khusu’ focus untuk tekun beribadah sebagai cara untuk memperbaiki tingkah laku kita agar diharapkan semakin dekat dengan Allah swt dan bertambah peduli dan perhatiannya dengan kondisi problem sosial masyarakat yang dialaminya.
  • Nisfu Sya’ban sebagai momentum untuk mentelaah kembali makna puasa secara filosofis (makna terdalam), makna sufistik (makna spiritualistik), agar ibadah puasa kita berhasil sukses mencapai derajat Taqwa yang mewujud pada kesolehan individual dan Kesolehan Sosial.

 

  1. MENGAPA PUASA
  • Kelemahan manusia yang terbesar ialah ketidaksanggupannya untuk mampu menahan diri dari godaan dan jebakan bisikan ibis dan tipu muslihat hawa nafsu, seperti yang dialami Nabi Adam as dan Siti Hawa ketika keduanya berada di surga tidak mampu mengendalikan hawa nafsunya dari jebakan iblis, yaitu agar keduanya jangan mendekati buah khuldi.disebutkan dalam al-Qur’an: Kami berfirman, “O Adam! Tinggallah kamu dan istrimu dalam Taman, dan makanlah makanan dari sana apa yang kamu sukai. Tetapi jangan dekati pohon ini supaya kamu tidak menjadi orang yang zhalim” (Q., 2:35).

 

  • Diantara banyak kelemahan manusia, yang paling penting adalah pandangannya yang pendek. artinya, manusia cenderung tertarik kepada hal-hal yang mengkilat, glamour, hal-hal yang bersifat segera, dan cenderung mengabaikan aspek jangka panjang. Al-Quran banyak sekali memperingatkan hal itu.

Ingatlah wahai manusia bahwa kamu lebih suka kepada yang segera dan lupa kepada yang jangka panjang “ (Q., 75: 20).

  • Puasa latihan untuk menahan diri dan sanggup untuk menunda kesenangan sementara, karena yakin akan adanya kesenangan di belakang hari yang lebih besar; jadi, berpikir jangka panjang.

 

  1. MAKNA MENAHAN

 

  • Puasa hukumnya wajib, berarti kita Wajib untuk sanggup menahan diri. Ada dua dalam menahan diri:
  • Al-imsak ‘An berarti Menahan diri dari luar (eksternal) terhadap hal-hal yang dapat membatalkan puasa seperti makan, minum, hubungan badan antara suami istri di siang hari dari terbit fajar sampai terbenam matahari.
  • Al-imsak Bi berarti Menahan diri dalam (internal), yaitu menahan diri dari gejolak hawa dan nafsu yang cenderung pada keinginan-keinginan yang bersifat syahwat (keinginan tak terkendali), ma’siat (pelanggaran), fakhsya (kekejian/susila), fasad (kerusakan), dan munkarat (kejahatan).

 

  1. THARIQAT MENAHAN

Ada tiga cara dalam konep menahan diri:

  1. TAHALLI: mengisi hati dan perbuatan-tingkah lakunya dengan sifat-sifat terpuji (akhlaqul karimah).
  2. TAKHALLI: Mengosongkan hati dan perbuatan-tingkah lakunya dari sifat-sifat tercela (akhlaqul madzmumah).
  3. TAJALLI: Manifestasi al-Haq (Manifestasi Ketuhanan) pada hati dan perbuatan. Kehendak hati dan Kehendak perbuatan akan mengikuti kehendak Tuhan.

 

  1. MAKNA MENUHAN
  • PUASA,latihan untuk mengingkari diri sendiri dari hal-hal yang bisa membuat kita lupa kepada Allah Swt. Itulah yang disebut îmân-an (dengan penuh percaya kepada Allah).
  • PUASA,secara intrinsik bertujuan mencapai derajat ketakwaan, yakni lahirnya kesadaran diri bahwa Tuhan selalu hadir bersama kita, mengawasi, dan melihat semua perbuatan kita. Inilah sebenarnya hakikat takwa, yakni merasa dekat dengan Tuhan.

 

  1. THARIQAT MENUHAN

 

  • Memperbanyak zikir, tadarus al-Qur’an, shalat malam, dan beri’tikaf. Yang dimaksud dengan i’tikâf (dalam bahasa Arab ‘berhenti’) adalah agar orang berhenti dari kegiatan yang bersifat kekinian atau rutinitas, kemudian merenungi hakikat dirinya. Dalam idiom bahasa Jawa sangat populer disebut dengan “mengetahui sangkan paraning dumadi. Atau melakukan perenungan eksistensial tentang asal-usul dirinya.
  • Amalan zikir juga disebutkan sebagai ibadah yang amat mulia, bahkan dikatakan paling tinggi pahalanya. Sebab dalam zikir juga terkandung perenungan, introspeksi, self examination dan refleksi.

 

  1. MAKNA MEMANUSIAKAN
  • Puasa memilki dimensi kesadaran kemanusiaan
  • Puasa melatih kepekaan dan kepedulianterhadap problem sosial masyarakat
  • Puasa melahirkan kesetaraan, kerukuknan, keharmonisan terhadap ragam perbedaan
  • Puasa sebagai Madrasah untuk menanamkan nilai-nilai Ketuhanan dan nilai-nilai Kemanusiaan.

 

Semoga bermanfaaf dan mohon maaf atas segala kesalahan dan kekurangannya selamat menyambut datangnya bulan Suci Ramadhan. Semoga Allah swt memberkahi kita di bulan Sya’ban ini dan semoga Allah swt mentakdirkan kita kembali untuk berjumpa dengan bulan Suci Ramadhan yang penuh dengan ampunan, keberkahan dan kerahmatan..

Follow Sosial Media At Taqwa :

Berita Terkait

Pin It on Pinterest

Share This