TAKWA DAN KEBAHAGIAAN HAKIKI
oleh: Prof. Dr. Sumanta, M.Ag
(Guru Besar UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon)
Wasiat Takwa adalah kalimat sakral yang senantiasa disampaikan dalam setiap peristiwa, tidak terkecuali dalam khutbah jumat ini, baik secara khusus bagi khatibnya maupun bagi jamaah jumat sekalian. Karena takwa adalah bekal untuk perjalanan hidup kita semua di dunia menuju akhirat kelak. Takwa akan mempertemukan kita dengan kebahagiaan yang hakiki, yakni kebahagiaan di dunia maupun di Akhirat nanti.
Dua kebahagiaan ini menjadi ekspektasi dan harapan kita, sebagaimana doa yang senantiasa kita panjatkan dalam berbagai kesempatan. Yang poulerdengan doa sapu jagat
“Wahai Tuhan kami berilah kami kebaikan di dunia dan akhirat, serta lindungi kami dari api neraka”
Menurut para mufasir, ini merupakan doa yang terbaik untuk dipanjatkan oleh seorang muslim. Sebagaimana disebutkan dalam Alquran, surat albaqarah ayat, 201.
وَمِنْهُمْ مَّنْ يَّقُوْلُ رَبَّنَآ اٰتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَّفِى الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَّقِنَا عَذَابَ النَّارِ ٢٠١
Dari doa ini ada 3 capaian yang harus diraih oleh kita semua, yakni (1) kebaikan atau kebahagiaan dunia.(2) kebaikan atau kebahagiaan akhirat serta (3) dilindungi dari api neraka.
Kebaikan dan kebahagiaan dunia harus diupayakan oleh kita semua sebagai seorang muslim, karena beberapa alasan yang mendasar. Pertama, bahwa Kehadiran kita di muka bumi ini sebagai kalifah, sebagaimana firman Allah swt “sesungguhnya kami jadikan manusia sebagai khalifah di bumi”
Dimana fungsi khalifah adalah menata kehidupan di muka bumi dari berbagai aspeknya ( sosial, politik, ekonomi, pendidikan, lingkungan dsb)
Adalah Nabi Muhammad. Disamping sebagai seorang nabi dan rasul, beliau adalah seorang kepala negara dan pemerintahan yang menata kehidupan dunia, membangun peradaban yang berbasis keimanan dan ketakwaan, mengubah wajah budaya arab yang barbar jahiliyah menuju peradaban Islam yang humanis dan mulia. Sehingga madi nah munawwarah berubah menjadi pemerintahan yang adil, makmur dan sejahtera yang diikat dengan ukhuwah Islamiyah dan wathaniyyah. Menurut Robert N. Bella inilah wujud negara modern yang hadir pertama kali di dunia. Oleh karena itu, merupakan pemahaman yang keliru apabila kita beranggapan kebahagiaan dan kebaikan dunia tidaklah perlu.
Kedua, kehidupan dunia adalah pintu masuk untuk kehidupan akhirat, karena kehidupan dunia memiliki konsekwensi bagi kehidupan akhirat, dunia adalah ladang bagi kehidupan akhirat. Apabila kita menanam amal kebaikan di dunia, maka kita akan memetiknya di akhirat kelak. Ketiga,
Dua variabel, kesejahteraan dan keamanan sebagai kebutuhan asasi manusia harus menjadi tanggung jawab kita bersama di dunia ini, bagaimana kita mewujudkan kebutuhan asasi tersebut dalam kehidupan sosial di masyarakat. Tanpa dua variabel diatas kehidupan kita menjadi timpang dan jauh dari misi ilahiyyah, mensejahterakan dan memberikan rasa nyaman dan aman. Sebagaimana disebutkan dalam Alquran, surat Quraisy ayat 4″ alladzi athamahum minju’ waamanahum min khauf”
Harapan, doa dan ekspektasi kita yang kedua adalah mendapatkan kebagiaan dan kebaikan kehidupan di akhirat (wafil akhirati hasanah), Karena kehidupan akhirat adalah kehidupan yang panjang sebagai akhir perjalanan hidup kita. Dalam Alquran, surat Adhdhuha ayat 4:
Kehidupan akhirat lebih baik dari dunia”
Namun, kebanyakan dari kita lalai adanya kehidupan setelah kehidupan dunia. Kadang kita menggunakan aji mumpung. Segala bentuk kesenangan dirambah, tanpa menghiraukan nilai moral dan agama. Hidupnya terdistorsi oleh nominal dolar dan rupiah. Hidupnya lupa daratan. Dalam hal ini Allah swt mengingatkan dalam s. Lukman ayat 33
” maka janganlah sekali kali kehidupan dunia memperdaya kamu”
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمْ وَاخْشَوْا يَوْمًا لَّا يَجْزِيْ وَالِدٌ عَنْ وَّلَدِهٖۖ وَلَا مَوْلُوْدٌ هُوَ جَازٍ عَنْ وَّالِدِهٖ شَيْـًٔاۗ اِنَّ وَعْدَ اللّٰهِ حَقٌّ فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيٰوةُ الدُّنْيَاۗ وَلَا يَغُرَّنَّكُمْ بِاللّٰهِ الْغَرُوْرُ ٣٣
Rasulullah saw wanti wanti kepada umatnya agar jangan sampai terlena dengan dunia. Mempertaruhkan segalanya untuk urusan dunia tetapi lupa menyiapkan bekal untuk akhiratnya.
Dalam kitab Washiyatul Mushtofa disebutkan:
Wahai Ali, jangan sampai kita menjadi orang yang lupa pada kematiannya, tidak mengingat kecuali pada dunianya. Ali bertanya: siapa orang orang yang lupa kematian itu ya Rasulullah. Rasul menjawab: yaitu orang orang kaya dan berpunya sebagaimana yang engkau lihat. Mereka begitu fokus mengumpulkan dunia seperti seorang ibu yang merawat anaknya. Orang yang seperti itu adalah orang yang merugi di hari esok (akhirat).
Betapa Islam agama rahmatan lilalamin yang membawa misi besar untuk keselamatan dan kebahagiaan yang hakiki baik di dunia maupun di Akhirat.
Semoga kita semua mendapatkan tiga capaian dari dari doa sapu jagat, kebaikan dunia dan akhirat serta dijaga dari api neraka, amin ya Rabbal alamin,
Aqulu qauli hadza wa astagfirullah al adzim