Oleh. H. Muchlis, M.Pd
“ Maha suci Allah yang memperjalankan hambaNya pada suatu malam dari masjidil Haram ke masjid al-Aqsa yang telah Kami berkati sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebahagian daripada tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalahMaha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Al Isra :1)
Saat ini kita berada pada bulan Rajab, yang merupakan salah satu dari “syahrul hurum”, bulan yang dimuliakan dari empat bulan yang dimuliakan seabgaimana Allah telah menginformasikan melalui firman-Nya dalam surat Attaubat ayat ; 36 . Setiap kali berada pada bulan Rejab maka kita tidak pernah sepi dalam membicarakan akan sebbuah peristiwa agung yang pernah dialami oleh Rasulullah SAW. Yaitu peristiwa Isra Wal Miraj dan ayat di atas selalu menjadi referensi bagi para khotib/ penceramah/ mubalig.
- Urgensi Ayat
- Jawaban Sebuah Tantangan
Peristiwa Isra Miraj, merupakan peristiwa agung, peristiwa yang hebat, peristiewa diluar nalar manusia sekaligus menguji tahap keimanan manusia. Peristiwa ini terjadi, setelah tentangan terhadap dakwah Islam semakin memuncak terutama dengan kematian isteri tercinta Rasulullah, Siti Khadijah, yang selama ini banyak membantu Nabi, disamping kehilangan bapa saudaranya Abu Tolib yang banyak memberi baik moril maupun materil. Seolah runtuh langit terban tanah untuk berpijak. Dakwah Nabi mendapat tentangan yang luar biasa dari masyarakat Mekah yang keras ditambah dengan penolakan oleh masyarakat Taif. Itu belum lagi secra internal berhadapan dengan penguasa lalim Kaum Quraisy, dan ekternal dari bangsa Romawi dan Parsi yang merupakan empeir terbesar pada masa itu. Namun kesungguhan Nabi Muhammad s.a.w dalam menyebarkan dakwah Islam tidak terhenti malah pergantungan diri dengan Allah semakin kuat .
- Komitmen Ubudiyah.
Untuk menetralisir keadaan, maka pada gilirannya Allah SWT memperjalankan Rasulullah dalam suatu peristiwa “khorikun anil adat”, yaitu Isra’ Mi’raj, menyaksikan keMaha Besaran Allah, menjadi tetamu Kerajaan-Nya, untuk menyaksikan alam nyata dan ghaib, alam bumi dan langit yang membuktikan Kekuasaan Allah. Peristiwa ini menjadi tarbiyah bahwa tiada kerajaan yang lebih kuat dan hebat menyamai Kerajaan Allah. Tidak ada kerajaan yang kekal memerintah kecuali Kerajaan dan kekuasaan Allah. Oleh itu setiap kerajaan dan kekuasaan yang ada di dunia ini adalah fana, dan kekelan hanya ada pada kerajaa-Nya. Menjadi sebuah renungan, agar kiat terhindar dari sikap dan sifat takabbur bila diberi amanah untuk memegang kuasa karena pada gilirannya boleh ditarik dan epas dari genggaman.
Hadiah yang paling berharga yang dibawa pulang oleh nabi Muhammad s.a.w dalam peristiwa Isra’ Mikraj ialah solat 5 waktu sehari semalam. Ia sebagai bukti bahwa betapa pentingnya solat dala Urgensim kehidupan kita karena sholat banyak memberi manfaat untuk dunia seperti adanya kajian sains yang menunjukkan bagaimana sholat yang sempurna mampu menajamkan otak, memperkuat sistem otot dan tubuh, gerakan jantung lebih teratur, orang yang sholat berjamaah mempunyai efek jiwa lebih tenang,.
- Mencegah Perbuatan Keji dan Munkar
Sholat 5 waktu merupakan ruang dalam diri kita berkomunikasi dengan Allah ke arah lebih mendekatkan diri kepadaNya. Banyak masalah sosial disekeliling kita yang diakibatkan mengabaikan sholat yang bermuara pada keruntuhan akhlak. Oleh itu bersungguh-sungguhlah kita dalam memastikan kualitas solat kita senantiasa ditingkatkan dari masa ke semasa agar ia bukan saja diterima oleh Allah malah mampu menjadi perisai daripada terlibat dengan perkara mungkar. Ferhatikan firman Allah swt dalam suarat Al ankabut 45
Artinya : “Bacalah serta ikutlah (wahai Muhammad) akan apa yang diwahyukan kepadamu dari Al-Quran, dan dirikanlah sembahyang (dengan tekun); sesungguhnya sembahyang itu mencegah dari perbuatan yang keji dan mungkar; dan sesungguhnya mengingati Allah adalah lebih besar (faedahnya dan kesannya); dan (ingatlah) Allah mengetahui akan apa yang kamu kerjakan”
- Shalat dalam Al Quran
Kedudukan Salat.
Kedudukan Salat. Salat mempunyai kedudukan yang Kedudukan Salat. amat penting dalam Islam dan merupakan fondasi yang kokoh bagi tegaknya agama Islam. Hal ini digambarkan Rasulullah SAW dalam hadis yang berarti:
“Salat itu tiang agama, barangsiapa yang menegakkan salat maka ia telah menegakkan agama dan barangsiapa yang meninggalkan salat berarti ia telah meruntuhkan fondasi agama” (HR. al-Baihaqi).
Ibadah salat dalam Islam sangat penting, sehingga salat harus dilakukan pada waktunya, di mana pun, dan bagaimanapun keadaan seorang muslim yang *mukalaf. Perintah untuk melakukan kewajiban salat ini telah disampaikan Allah SWT dalam Al-Qur’an dan ditegaskan lagi oleh Rasulullah SAW dalam sunahnya.
Dalam Al-Qur’an Allah SWT telah menyatakan perintah salat dalam beberapa ayat, antara lain surah al-Baqarah (2) ayat 43, 83, 110, dan 238; surah an-NisÎ’ (4) ayat 77 dan 133; surah HØd (11) ayat 114; surah al-IsrÎ’ (17) ayat 78; surah Maryam (19) ayat 31 dan 55; surah ÍÎha (20) ayat 132; surah an-NØr (24) ayat 56; surah al-‘AnkabØt (29) ayat 45; surah ar-RØm (30) ayat 31; surah LuqmÎn (31) ayat 17; surah al-MujÎdilah (58) ayat 13; dan surah al-Muzzammil (73) ayat 20.
Adapun penegasan Rasulullah SAW mengenai perintah melaksanakan salat telah dinyatakan dalam beberapa hadis, antara lain hadis yang diriwayatkan *Umar bin Khattab yang menyatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Islam dibina atas lima dasar, yaitu bersyahadat bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah rasulNya, mendirikan salat, menunaikan zakat, berpuasa Ramadan, dan menunaikan haji ke Baitullah bagi orang yang mampu.”
Latar Belakang Kewajiban Salat.
Latar Belakang Kewajiban Salat. Salat mulai diwajibkan Latar Belakang Kewajiban Salat. pada malam *isra mikraj Nabi Muhammad SAW, yang menurut pendapat kebanyakan ulama terjadi 5 tahun sebelum Nabi SAW hijrah ke Madinah. Semula salat ini diwajibkan kepada umat Muhammad SAW lima puluh kali sehari semalam