HIKMAH SHALAT
Ahmad Muthohar, MM
(Dosen UNU Cirebon)
Pada kesempatan yang penuh berkah ini, jum’at tanggal 4 Februari 2022, bertepatan tanggal 2 rajab 1443 Hijriyah, khotib hendak mengajak dan mengingatkan kepada seluruh jamaah agar senantiasa terus menerus berusaha, berikhtiar dan berdoa agar diberi kesempatan dapat meningkatkan dan memperkuat keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah dengan pengertian mampu menjalankan keseluruh perintahNya dan menjauhi seluruh laranganNya.
Anugrah berkesempatan mampu menjalankan seluruh perintahNya menjadi sangat penting karena itu adalah pondasi yang sangat menentukan arah kehidupan umat manusia selanjutnya, menjadi bahagia atau sengsara.
Salah satu perintah Allah SWT yang harus kita selalu panjatkan do’anya agar dapat melaksanakan dan menjalankannya dengan baik adalah sholat lima waktu, sholat lima waktu adalah pondasi dari tiang dari agama seseorang sebagaimana disampaikan Nabi SAW didalamnya sabdanya.
“Sholat itu adalah tiang agama, jadi barang siapa yang menjalankannya, maka sama halnya ia telah membangun agamanya dengan baik, dan barangsiapa meninggalkan sholat, maka sama halnya dengan meruntuhkan agama.”
Di dalam hadist terdapat kalimat melaksanakan yang bersambung dengan kalimat membangun, melaksanakan tentu yang dimaksud adalah melaksanakan dengan seluruh syaratnya, rukunnya dan menghindari hal-hal yang membatalkannya, juga terdapat kalimat meninggalkan yang bersambung dengan kalimat meruntuhkan tentu yang dimaksud adalah bisa meninggalkan sholat sama sekali, atau meninggalkan sebagian syaratnya, atau sebagian rukunnya atau melakukan hal-hal yang dapat membatalkan sholat, sholat yang demikianlah sholat yang memiliki fungsi dapat mencegah dan menjadikan rem cakram bagi para muslimin dari perbuatan yang sangat jelek dan mungkar sebagaimana difirmankan Allah SWT di dalam Al Qur’an :
“Sesungguhnya sholat itu dapat mencegah orang-orang yang mengerjakannya dari perbuatan yang menjijikan dan perbuatan mungkar.”
Sholat yang demikianlah yang memiliki syarat dan rukun serta dilakukan dengan menjaga hal-hal yang dapat membatalkan sholat yang dapat membedakan orang islam dan orang-orang non muslim, sebagaimana disampaikan Nabi SAW dalam sabdanya :
“Yang dapat menjadi pembeda antara orang islam dan non muslim adalah sholat”
Dua makna dari dua teks Nash (Al-Qur’an dan Hadist) di atas inilah yang menjadi makna dari hadist Nabi SAW.
“Yang paling pertama amalnya seorang hamba besok di hari kiamat dihisab adalah sholat, ketika sholatnya baik maka baik pulalah seluruh amalnya dan ketika ibadah sholatnya rusak maka rusak pula lah seluruh amalnya.”
Kebaikan sholat dan kebaikan amal yang lain di hari kiamat tentu bukanlah sesuatu yang bersifat ujug-ujug, tetapi merupakan proses panjang sejak di alam dunia, bahwa ketika sholatnya baik maka kemungkaran dan hal-hal yang tidak baik tidak mungkin dilakukan, tidak mungkin pula tampilan dan kelakuannya tidak mencerminkan muslim yang baik.
Ketika sholatnya baik maka sangat terbuka juga anugrah hidayah, ma’unnah dan Taufiq dari Allah SWT untuk mengerjakan amal-amal yang baik dan untuk berperilaku yang baik-baik, itulah makna-makna sholat yang sangat luar biasa, bagian dari spirit dijadikannya rukun islam yang kedua dan menjadi satu-satunya perintah Allah SWT yang prosesnya langsung dari Allah SWT melalui perjalanan Isro Mi’roj, tidak melalui wahyu yang dibawa malaikat Jibril As.
Pada bulan rajab ini, bulan yang termasuk bulan mulya, bulan dimana Nabi SAW dan para sahabatnya memberi nama dengan nama Syahrul Ashob, karena di bulan ini Allah SWT banyak menumpahkan rizqi, kebaikan dan keridhoannya sekaligus bulan dimana Allah SWT meng ‘Isro” kan Nabi SAW untuk menerima perintah sholat lima waktu, maka marilah kita berikhtiar, berusaha dan berdo’a agar dapat diberi kesempatan menjalankan ibadah sholat dengan mampu menjalankan syarat-syarat, rukun-rukun, dan mampu menghindari hal-hal yang dapat membatalkannya, sehingga dengan begitu sholat kita akan menjadi rem buat kita dari perbuatan yang dilarang agama, sekaligus menjadi pembeda kita sebagai muslim dan orang lain yang non muslim.
Bukan sholat yang tidak lagi bertaji menjadi rem, sehingga banyak diantara kita yang rajin sekali menjalakan sholat tetapi pada saat yang sama masih doyan berbuat maksiat (STMJ, Sholat Terus Maksiat Jalan) tetapi kitanyalah yang melaksanakan sholat kurang memperhatikan syarat-syaratnya dengan baik, rukun-rukunnya dengan benar dan kurang memperhatikan sekaligus menghindari hal-hal yang dapat membatalkan sholat sehingga sholat kita tidak dapat mampu meningkatkan ruhaniyah dan spiritulitas kita, sholat kita hanya menjadi rutinitas harian yang melelahkan, tidak menjadi penggerak sekaligus wasilah dari usaha dan ikhtiar kita mendapatkan hidayah serta ridho Allah SWT.
Mudah-mudahan doa kita, usaha kita dan ikhtiar kita di bulan rajab ini untuk menjadikan sholat kita sebagai ibadah yang seperti di atas diterima, dikobul dan diijabah oleh Allah. Aamin Ya Roball ‘alamin…