EMPAT REAKSI POSITIF: FUNDASI DALAM IBADAH HAJI DAN UMROH Oleh, Dr. H. Nandang Koswara, M.Pd (Ketua Wilayah Syarikat Islam Provinsi Jawa Barat) 

Jan 9, 2025 | Artikel, Artikel Islam

EMPAT REAKSI POSITIF: FUNDASI DALAM IBADAH HAJI DAN UMROH
Oleh, Dr. H. Nandang Koswara, M.Pd (Ketua Wilayah Syarikat Islam Provinsi Jawa Barat)

وَالْعَصْرِۙ ۝١ اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍۙ ۝٢ اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ ەۙ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِࣖ ۝٣
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian,Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.(QS. Al ‘Ashri : 1-3)

​Sebuah fenomena menarik, peristiwa unik yang jarang terjadi dalam kehidupan adalah Tumbuhkembangnya reaksi positif dalam kehidupan. Reaksi positif dimaksud: Pertama Iman, kedua Amal Sholeh, ketiga Saling Menasihati dalam kebenaran, dan keempat saling Menetapi dalam keshabaran.

Bukti adanya reaksi Iman, misalnya bagi jama’ah haji yang ditaqdirkan dapat berangkat tahun ini, subhanalloh begitu bahagianya, sampai ekspresi kebahagiaan pun kadang ditunjukkan dengan tasyakkur binni’mah.
Hampir dari kebanyakan mereka yang akan menunaikan ibadah haji menyelenggarakan walimatussafar (Syukuran keberangkatan haji). Sebuah istilah walimatussafar yang tidak akan dijumpai dalam kitab-kitab klasik mana pun. Namun itulah reaksi positif dari pancaran Iman yang sangat luar biasa.

​Demikianlah kenyataan yang terjadi di masyarakat Indonesia pada umumnya. Keberangkatan jama’ah haji dihantarkan oleh sanak keluarga dengan derai air mata dan lambaian tangan penuh kasih sayang. Keharuan sanak keluarga menorehkan semangat jama’ah haji untuk menggapai kemabruran. Sejatinya ‘abid (seorang hamba) yang tengah merindukan cahaya ilahiyah.
​Para jama’ah haji dan umroh merupakan para petualang pencari nur (cahaya kebahagiaan), mereka perlu fundasi ruhaniyah. Iman, amal sholeh, mentaati al haq (kebenaran), dan menetapi keshobaran adalah fundasi yang akan menjadi kunci-kunci utama pada setiap langlah dalam menunaikan ibadah haji dan umroh.
Keberangkatan untuk menunaikan ibadah haji adalah keberangkatan sukarela menuju Alloh ‘azza wajalla. Ummat manusia dari se-antero dunia melaksanakan hal yang sama. Mereka datang memenuhi undangan Alloh, tanpa iming-iming apa pun selain getaran kerinduan untuk bersimpuh di hadapan Allah Swt..
Sebenarnya apa yang menggerakkan ini semua? Inilah getaran iman. Sebuak deklarasi imani, menjadi modal dasar dalam memenuhi panggilan Allah Swt., walau pun terjal, melelahkan tapi kelezatan imani tak dapat dipungkiri. Luar biasa dahsyatnya.

اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ الَّذِيْنَ اِذَا ذُكِرَ اللّٰهُ وَجِلَتْ قُلُوْبُهُمْ وَاِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ اٰيٰتُهٗ زَادَتْهُمْ اِيْمَانًا وَّعَلٰى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُوْنَۙ ۝٢ الَّذِيْنَ يُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَۗ ۝٣ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُؤْمِنُوْنَ حَقًّاۗ لَهُمْ دَرَجٰتٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَمَغْفِرَةٌ وَّرِزْقٌ كَرِيْمٌۚ ۝٤
Sesungguhnya orang-orang yang benar-benar telah beriman, apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat Alloh bertambahlah iman mereka, dan hanya kepada Robbnya mereka berserah diri, orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Alloh berikan kepada mereka.
Itulah mereka, yang beriman dengan sebenar-benarnya. mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di hadapan
Robbnya dan ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia.(QS. Al anfal ayat 2-4)

​Kokohnya iman dalam qolbu akan menjadi tolok ukur, apakah pilar ini mampu menjadi penyangga atau tidak. Perjalanan haji dan umroh akan terasa ni’mat, manakala fundasi keimanan terpatri kuat pada hati setiap hamba dalam menggapai kemabruran sejati.
Oleh karena itu “iman” menjadi pilar utama dan pertama bagi para jama’ah haji. Pasti hampa apabila iman belum bersemayam dalam hati, lebih ekstrim lagi manakala tidak ada iman. Na’uudzubillah, kita berlindung kepada Alloh Swt..
​Pilar kedua yaitu amal sholeh. Haji dan Umroh akan menjadi momentum syakral dalam memelihara amal sholeh. Peluang untuk melaksanakan amal sholeh sangat banyak sekali. Misalnya, sepasang suami istri; dengan mudah dapat saling berkhidmat di antara keduanya untuk merapat dengan Alloh. Saling menjaga dengan lemah lembut. Itu semua amal sholeh.

اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ كَانَتْ لَهُمْ جَنّٰتُ الْفِرْدَوْسِ نُزُلًاۙ ۝١٠٧ خٰلِدِيْنَ فِيْهَا لَا يَبْغُوْنَ عَنْهَا حِوَلًا ۝١٠٨
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal, Mereka kekal di dalamnya, mereka tidak ingin berpindah dari padanya (QS. Al Kahfi ayat 107-108).

Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Robb-mu serta lebih baik untuk menjadi harapan (QS. Al Kahfi ayat 46). Amal Sholeh itu akan menjadi sebaik-baik harapan. Bahkan menjadi amalan kekal di hadapan Alloh Swt..
Pilar ketiga, adalah Mentaati Kebenaran. Ada pesan-pesan value larangan setelah berihrom. Hal ini bertujuan agar kebenaran dapat berdiri dengan ajeg, tegak, dan memberikan ‘ibroh (pembelajaran) bagi setiap jama’ah haji dan umroh.
Ada beberapa larangan dalam keadaan berihrom, baik ihrom haji atau umroh, yaitu: Hubungan biologis suami isteri atau perkataan-perkataan/perbuatan-perbuatan yang mengarah kepada perbuatan tersebut. Berlaku maksiat dan bertengkar. Firman Alloh SWT. :
Maka barangsiapa telah berihram haji, ia tidak boleh melakukan hal-hal yang berhubungan dengan hubungan badan, berbuat maksiat dan bertengkar diwaktu mengerjakan haji. (QS Al- Baqoroh : 197 )
Membunuh binatang buruan.
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu membunuh binatang buruan (QS. Al Maidah :95)
Mengganggu pepohonan di sekitar tanah haram. Memakai pakaian yang berjahit, menutup kepala, memakai alas kaki yang menutupi mata kaki bagi pria. Memakai wangi-wangian. Memotong kuku. Memotong rambut.
Menutup muka dan memakai sarung tangan yang menutup telapaknya bagi wanita. Melangsungkan pernikahan, baik untuk dirinya atau bertindak sebagai wali atau sebagai saksi nikah.
​Sungguh sangat spektakuler, internalisai nilai melalaui ibadah haji dan umroh tertuang dengan pesan-pesan nilai secara komprehensif. Larangan setelah berihrom, menunjukkan saratnya value untuk menegakkan kebenaran.
Pilar keempat, Menetapi Keshabaran. Kata Imam Al Ghazali, shabar adalah memilih nilai agama dan mengesampingkan hawa nafsu. Rangkaian ibad lk.ah haji dan umroh memberikan kesempatan untuk melatih diri dalam merealisasikan kesahabaran.
Shabar itu tidak ada batasnya. Keliru jika ada yang menyatakan “shabar itu ada batasnya”.
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”.
Sesungguhnya Kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah Kami kembali. kalimat ini dinamakan kalimat istirjaa (pernyataan kembali kepada Allah). Disunatkan menyebutnya waktu ditimpa marabahaya baik besar maupun kecil.
Mereka Itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Robb mereka dan mereka Itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. Al Baqoroh ayat 155-157)
Ujian demi ujian yang diberikan kepada para jama’ah haji dan umroh, sesungguhnya itu semua merupakan soal-soal yang diberikan Alloh kepada hamba-hamba-Nya. Apakah dapat dijawab atau tidak.
Bagi yang sanggup memenuhi dan menjawab dengan benar, tentu luluslah ia. Keberuntungan hahiki akan di raihnya. Sebaliknya bagi yang tidak dapat menjawab mereka belum memperoleh kesempatan untuk berada pada jenjang lebih tinggi lagi.
Wal hasil, Iman, amal sholeh, mentaati al haq (kebenaran), dan menetapi keshobaran adalah Empat Reaksi Positif, yang dapat menjadi fundasi utama pada setiap langkah dalam menunaikan ibadah haji dan umroh.

Follow Sosial Media At Taqwa :

Berita Terkait

Doa dan Niat Puasa Rajab Sesuai Sunnah Rasulullah SAW

Doa dan Niat Puasa Rajab Sesuai Sunnah Rasulullah SAW

Puasa Rajab adalah salah satu bentuk ibadah sunnah yang dilakukan pada bulan Rajab, salah satu bulan haram dalam islam. Mengenai doa dan niat puasa Rajab, penting untuk mengetahui bahwa tidak ada doa atau niat khusus yang secara langsung diajarkan oleh Rasulullah SAW...

Menutup Aurat

Menutup Aurat

Menutup Aurat adalah kewajiban dalam islam untuk menjaga dan menutupi bagian tubuh tertentu sesuai dengan ketentuan syariat. Hal ini bertujuan untuk menjaga kehormatan, kesopanan, dan ketaatan kepada Allah. Aurat adalah bagian tubuh yang tidak boleh diperlihatkan...

Pin It on Pinterest

Share This