Khutbah Jum’at: Perbaiki Kehidupan Di Tengah Fitnah Akhir Zaman (Dr. H. Nandang Koswara, M.Pd.) Masjid Raya At-Taqwa Cirebon, 14 Januari 2022

Jan 13, 2022 | Artikel, Berita, Kegiatan Attaqwa Cirebon

PERBAIKI KEHIDUPAN

DI TENGAH FITNAH AKHIR ZAMAN

Dr.  H. Nandang Koswara, M.Pd.

(Ketua Pimpinan Wilayah Syarikat Islam, Jawa Barat)

 

Sholat Jum’at Masjid Raya Attaqwa Cirebon, 14 Januari 2022

Segala puji bagi Allah swt yang tak henti-hentinya melimpahkan berbagai kenikmatan kepada kita, sekalipun kita menyadari bahwa adakalanya kenikmatan itu menyebabkan kita melampaui batas-batas yang telah ditentukan oleh Allah swt dan RosulNya.  Sholawat dan salam semoga terlimpah kepada Nabi besar Muhammad Saw yang telah mengajarkan kita bagaimana membangun kesederhanaan, kejujuran, keramahan, kemanusiaan dan keadilan.

Tidak semua orang yang punya waktu bisa datang ke masjid ini, dan tidak semua orang yang sehat dapat hadir di tempat ini, kecuali orang yang telah dicatat oleh Allah swt sebagai orang pilihan. Karena itu kita bersyukur kepada Allah swt telah memilih kita sebagai hambaNya patut mendapatkan ridho dan ampunanNya. Untuk itu, jadilah manusia yang bertaqwa, karena taqwa itu kunci dari keselamatan dan kebahagiaan dunia dan akhirat.

Hadirin yang dirahmati Allah swt, Dinamika kehidupan saat ini ditandai oleh makin menguatnya perhatian manusia pada urusan dunia. Kepentingan dunia jauh lebih dihargai daripada keselamatan akhirat. Urusan halal dan haram adakalanya bercampur menjadi sesuatu yang tidak jelas. Manusia saling berebut kekayaan dan kekuasaan dengan caranya masing-masing. Nilai-nilai keimanan, kejujuran, keadilan, dan kemanusiaan adakalanya terpisah dari meja kerja. Logika sering diperbudak oleh nafsu dan kepentingan dunia. Hati nurani kerap dibenturkan dengan kekuasaan. Sementara pemikiran dunia sering terlepas dari kepentingan akhirat. Di tempat kerja tidak ada lagi akhirat. Di rumah jauh dari tempat sujud. Dan di sekolah-sekolah, anak-anak tidak dididik untuk dekat dengan Allah swt. Padahal dunia adalah tempat fana yang akan segera kita tinggalkan, sedangkan akhirat adalah tempat abadi yang akan segera kita tuju.

Di dunia manusia diuji dengan berbagai kenikmatan dan dengan beragam penderitaan. Seindah-indahnya kenikmatan, tidak ada kenikmatan yang abadi, dan sepahit-pahitnya penderitaan tidak ada penderitaan yang abadi. Kenikmatan dan penderitaan selalu datang silih berganti. jadikan dunia sebagai tempat menanam dan akhirat sebagai tempat menuai.

Rosulullah saw bersabda: “Demi Allah, tidaklah keuntungan dunia sebanding dengan keuntungan akhirat kecuali seumpama seorang mencelupkan anak jarinya di laut ini, maka perhatikanlah seberapa air yang didapatnya”. (HR Ahmad).

Dunia diibaratkan seperti setetes air yang menempel di jari tangan, sedangkan akhirat adalah lautan samudra yang luas. Allah swt hanya menunrunkan satu kenikmatan yang diperebutkan oleh seluruh makhluk di dunia baik manusia, binatang, maupun tumbuhan. Sementara Sembilan puluh Sembilan kenikmatan diberikan oleh Allah swt untuk ahli surga. Namun menusia lebih mengejar dan memperebutkan setetes kenikmatan dunia daripada memburu gelombang samudra kenikmatan yang disediakan oleh Allah swt di akhirat kelak.

Hadirin yang dirahmati Allah swt, Rosulullah saw bersabda: Ingatlah sesungguhnya Allah telah menjadikan dunia sebagai tempat ujian, sedangkan negeri akhirat adalah negeri bagi orang-orang yang memiliki nasib yang baik…oleh karena  itu berhati-hatilah menikmati manisnya dunia, … Dan janganlah kamu terlalu cepat meramaikan dunia  yang telah ditetapkan oleh Allah akan lenyap…(HR Ad-Dailami)…

Rosulullah saw mengingatkan bahwa kelak Islam hanya tinggal namanya saja. Nabi SAW bersabda,“Akan datang pada manusia satu zaman, di kala itu Islam tidak tinggal melainkan namanya, dan al-Qur’an tidak tinggal melainkan tulisannya, masjid-masjidnya bagus namun kosong dari petunjuk, ulama-ulamanya termasuk manusia paling jelek yang berada di kolong langit, karena dari mereka timbul beberapa fitnah dan akan kembali kepada mereka”. (HR. Baihaqi).

Betapa berat hidup di akhir zaman. Karena kehidupan di akhir zaman cenderung memisahkan dan membenturkan logika dengan keimanan dan hati nurani. Rosulullah saw mengingatkan bahwa,  “Akan datang satu masa kepada manusia, yang di dalamnya manusia tidak kuasa mencari penghidupan melainkan dengan cara maksiat. Sehingga seorang laki-laki berani berdusta dan bersumpah. Apabila masa itu telah datang, hendaklah kalian berlari.” Ditanyakan kepada beliau, “Ya Rasulullah, kemana harus berlari?” Beliau menjawab, “Kepada Allah dan kepada kitab-Nya serta kepada sunnah Nabi-Nya.” (HR. Ad-Dailami).

Bahkan Islam akan menjadi “santapan” empuk bagi kaum kafirin. Rosulullah saw bersabda: “Hampir tiba masanya kalian diperebutkan seperti sekumpulan pemangsa yang memperebutkan makanannya.” Maka seseorang bertanya: ”Apakah karena sedikitnya jumlah kita?” ”Bahkan kalian banyak, namun kalian seperti buih mengapung. Dan Allah telah mencabut rasa gentar dari dada musuh kalian terhadap kalian. Dan Allah telah menanamkan dalam hati kalian penyakit Al-Wahan.” Seseorang bertanya: ”Ya Rasulullah, apakah Al-Wahan itu? الْوَهْنُ قَالَ حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ  Nabi shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: ”Cinta dunia dan takut akan kematian.” (HR Abu Dawud 3745)

Rosulullah saw bersabda: “Akan datang tahun-tahun penuh dengan kedustaan yang menimpa manusia, pendusta dipercaya, orang yang jujur didustakan, amanat diberikan kepada pengkhianat, orang yang jujur dikhianati, dan Ruwaibidlah turut bicara.” Lalu beliau ditanya, “Apakah Ruwaibidlah itu?” beliau menjawab: “Orang-orang bodoh yang mengurusi urusan perkara umum.” (Sunan Ibnu Majah)

Rasulullah s.a.w. pernah bersabda kepada Abu Dzar Al-Ghifari :

Nabi saw bersabda, Wahai Abu Dzar..”Perbaruilah perahumu karena sesungguhnya Laut itu dalam, Bawalah perbekalan yang cukup karena perjalanan Jauh, Ringankanlah beban karena tanjakan itu amat curam, Ikhlaslah dalam beramal karena Zat yang maha meneliti maha melihat

Perbaruilah perahumu karena sesungguhnya laut itu amat dalam. Perbaiki perahu kehidupan ini. Bila perahu itu bocor, maka penumpangnya tidak akan sampai ke tempat tujuan bahkan akan tenggelam di samudra lautan yang dalam. Yang dapat membocorkan perahu itu perbuatan meninggalkan sholat, memuja atau menggantungkan diri kepada selain Allah swt, beramal hanya karena terpaksa, malu, takut,  ingin dipuji atau hanya karena motif kemanusiaan saja. Itulah yang dimaksud beramal bukan karena Allah swt… selain itu, yang dapat membocorkan perahu adalah takabur. Takabur ancamannya adalah neraka. fitnah, hasud/kedholiman, mencuri/ korupsi, memutus silaturahmi, menciptakan ketakutan dan suasana yang tidak menyenangkan bagi orang lain adalah perbuatan yang dapat membocorkan perahu keselamatan.

Bawalah perbekalan yang cukup karena perjalanan Jauh. Perbekalan akhirat itu keimanan, keikhlasan  dan amal saleh, kesantunan dan kasih sayang, kesabaran dan kejujuran, keadilan dan ketawaduan.

Menyantuni anak yatim dan fakir miskin adalah perbekalan akhirat, membangun masjid dan tempat ibadat juga perbekalan akhirat, berda’wah dan melakukan amar ma’ruf dan nahyi munkar adalah perbekalan akhirat. Bersikap santun, dan menggembirakan orang lain juga perbekalan akhirat. Pendek kata, semua kebaikan yang dilakukan atas dasar iman dan ikhlas  adalah perbekalan akhirat.

Ringankanlah beban karena tanjakan itu amat curam. Jabatan itu akan menjadi beban akhirat, bahkan bisa menjadi musuh di hari kiamat, bila kekuasaan yang diemban terlepas dari nilai-nilai keimanan, kadilan dan kejujuran. Harta benda itupun akan menjadi beban bahkan bisa menjadi musuh di hari kiamat apabila harta tersebut diperoleh dari jalan yang haram.  Juga anak, istri atau suami akan menjadi musuh di hari kiamat apabila diantara mereka ada yang jauh dari Allah swt, jauh dari tempat sujud, jauh dari Al-Quran dan jauh dari ibadat.

Ikhlaslah dalam beramal karena zat yang maha meneliti maha melihat. Kita baru merasa dilihat dan diawasi oleh manusia. Ketika sukses dalam jenjang karier, maka yang diagung-agungkan adalah sahabat yang turut serta membantu suksesnya jabatan, sementara Allah swt dilupakan.  Ketika sembuh dari penyakit, maka yang diingat adalah dokter dan obat-obatan, sementara Allah swt dilupakan. Manusia merasa “kehutangan budi” oleh sesama tapi tidak merasa kehutangan nikmat oleh Allah swt.

Jibril mendatangiku lalu berkata: “Wahai Muhammad! Hiduplah sesukamu, karena sesungguhnya kamu akan mati, cintailah siapa yang kamu suka, karena sesungguhnya engkau akan berpisah dengannya dan berbuatlah sesukamu, karena sesungguhnya engkau akan diberi balasan karenanya.” Kemudian dia berkata:” Wahai Muhammad! Kemulian seorang mukmin adalah berdirinya dia pada malam hari (untuk shalat malam), dan keperkasaannya adalah ketidakbutuhannya terhadap manusia.” (HR. ath-Thabarani dalam al-Mu’jam al-Ausath no 4278,).

Rosulullah saw mengingatkan bahwa:

Pertama, silakan berbuat sekehendak hati. Mau jadi orang sholeh, atau mau jadi orang dholim. Mau dekat dengan Allah swt atau mau dekat orang Jahat, silakan. Tapi ingat kita semua akan mati.

Kedua, mau mencintai harta, kedudukan atau apapun, silakan cintai sepuasnya. Tapi ingat bahwa apa yang kita cintai akan berpisah dengan kita. SK jabatan, sertifikat rumah, rekening bank, dan lainnya hanya akan menjadi arsip bisu, yang kelak arsip-arsip itu akan menjadi saksi di hadapan Allah swt di Hari Kiamat.

Ketiga, jadilah  orang mulia yang berdiri tegak dan sujud di keheningan malam untuk beristighfar dan memohon agar dicatat sebagai ahli surga. Dan jadilah orang perkasa yang tidak bergantung pada manusia dan tidak menjual kunci surga hanya untuk memperoleh harta dan kedudukan

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan Islam.

(QS Ali-Imron: 102)

Jangan mati ketika di rumah masih tersimpan harta yang haram. Jangan mati ketika dibalik tanda tangan masih ada orang yang terdholimi. Jangan mati ketika saat berkuasa masih ada orang yang dirugikan. Jangan mati ketika jauh dari Allah dan jangan mati ketika masih gemar melakukan kemaksiatan. Sekalipun kita meyakini bahwa kematian adalah hak dan rahasia Allah swt. Namun saat mengantri menunggu datangnya kematian, hindari amalan yang dapat menyeret manusia ke murka Allah swt.

 

Follow Sosial Media At Taqwa :

Berita Terkait

Pin It on Pinterest

Share This