AKTUALISASI MODERASI BERAGAMA
Oleh, Prof. Dr. H. Khaerul Wahidin, M.Ag.
Narasi moderasi saat ini sebagai entitas paling sensitif. Setiap orang membuat parameter tentang moderasi kepada orang lain, dan jika tidak moderasi maka dipertanyakan tentang jatidiri Indonesianya bahkan yang lebih memprihatinkan jika dianggap menjadi kontraproduktif karena dianggap kelompok radikal.
Namun demikian bila berangkat dari sabda Nabi “man arafa nafsahu faqod arofa rabbahu, sejalan dengan ini, Addzahabi menjelaskan man lam ya’ raf dzata nafsihi lam ya’raf ghairahu, dapat difahami bahwa jati diri kemanusiaan terletak pada Tauhid, orang yang sehat tauhidnya sehatlah kemanusiaannya, sehingga mampu menjaga kemanusiaannya.jika sakit tauhidnya maka sakit pula jiwa dan jati diri kemanusiaannya
Oleh karena itu sejatinya moderasi merupakan jalan tengah, atau lebih popular dengan kata wasathiyah. Dalam pendekatan profetik (kewahyuan), agama Islam adalah agama wasathiyah dan umatnya (pengikutnya) adalah umatan wasathan. Allah SWT berfirman dalam surat al Baqoroh : 2; 143
“Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) ”umat pertengahan”
Misi Islam adalah sebagai rahmatan lil alamiin (QS. Al Anbiya :.21: 107),
“ Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.”
Karekteristik ajaran agama Islam sesuai dengan nilai kemanusiaan yaitu fitrah ( QS. Ar Rum ; 30 :30)
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui,
Dinamika antara konservatif dan washatiyah menjadi pilihan krusial, sungguhpun keduanya sama mendapat rujukan dan landasan dari nas karena sejatinya Islam itu hanya satu, walau pemahamnnya berbeda. Idealnya dalam menentukan arah perjuangan muslim untuk mencapai kejayaan Islam dan untuk memimpin dunia, dengan poros Indonesia, membutuhkan keasatuan cita-cita ( ghoyah) seperti dalam slogan “Al-Islamu Ghoyatuna“. Walaupun dalam manhaj ( cara berislam / furuiyyah) berbeda, tetapi tidak mengurangi kesatuan imamah dalam berpijak menuju izzatul islaam wal muslimin.
Untuk itu, ummat ini memerlukan lokomatif yng dapat memberikat kesatuan gerak dan langkah ( wahdatul kalimatussawa) dan hal ini dijanjikan Allah sesuai dengan isyarat dalam hadis Nabi riwayat Abu Daud,
Innallaha ba-atsa lihayitil ummati, ala ra’si kulli mi-ati sanatin, man yujaddidu laha dinaha“ .
“Sesungguhnya Allah mengutus untuk umaku di setiap 100 tahun ada orang yang memperbaharui agama (dalam arti menyegarkan kembali)”.
Hadis tersebut menunjukkan pentingnya figur (MAN=orang ) yang mampu memahami Islam, bertaqwa, berakhlak mulia, dan mempersatukan segenap potensi umat muslim untuk berjuang li izzatil islam wal muslimin.
Belajar dari nestapa umat Islam, warga Palestina atas kekejian Israel, selama berpuluh tahun, mengingatkan pentingnya persatuan dan solidaritas umat Islam untuk melawan politik devide an emperi kolonial Israel, ( 15 november 1988 hari kemerdekaan Palestina, Yaser Arafat memproklamasikannya melalui diplomasi politik internasional, dalam tubuh alestina sendiri terdapat kelompok Fatah dan Hamas yang tidak mudah menyatukan barisan dalam melawan Israel, sehingga wilayah Israel terus meluas meaneksasi bumi Palestina, di negeri Israel sendiri terdapat 1,9 juta penduduk dari aneksasi Israel, terdapat 86 anggota parlemen yang sesungguhnya berjuang untuk rakyat Palestina, tetapi kerjasamanya buntu, belum lagi negara-negara Arab sekitarnya setengah hati membantu saudara-saudaranya akibat Amerika yang total membantu israil, maka kondisi perpecahan umat Islam palestina sendiri menambah panjang kenestapaan palestina di bawah aneksasi Israel). Hal ini mestinya menjadi pelajaran umat Islam diatas muka bumi ini
Dalam kajian sejarah peradaban Islam Indonesia 4 abad ( 16 – 20 ). Semenjak kejatuhan kerajaan Islam dr aceh sp cirebon, kolonialisme silih berganti datang ke nusantara untuk mengeruk kekayaan negeri dengan strategi memecah belah umat Islam Dan umat Islam terdahulu memiliki daya tahan yng tangguh yg menjadi pelajaran berharga tentang persatuan umat Islam sejak era sukarno smpai sejarang. Apa pelajaran berharga itu ?1. Orang2 kafir itu sebetulnya lemah, jika saja umat Islam bersatu, sebagaimana firman Allah dalam surat al anfal 59-60
“Dan janganlah orang-orang kafir mengira, bahwa mereka akan dapat lolos (dari kekuasaan Allah). Sungguh, mereka tidak dapat melemahkan (Allah).Dan persiapkanlah dengan segala kemampuan untuk menghadapi mereka dengan kekuatan yang kamu miliki dan dari pasukan berkuda yang dapat menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; tetapi Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu infakkan di jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dizalimi (dirugikan).” (Quran ; S. Al Anfal :8:59-60)
Sebagai kesimpulan tetdapat beberapa peljaran membangun maderasi beragama dalam artian membangun jiwa masahah dan paham keislaman tawassut yaitu :
- Al quwwah wal Izzah adalah anugrah Allah
- Hanya menjadi kemulyaan untuk ummat yng pantas dimulyakan ( almuttaqun).= sebelum turun ayat 60, ditegaskan pada ayat sebelumnya 59
“ Dan janganlah orang-orang kafir mengira, bahwa mereka akan dapat lolos (dari kekuasaan Allah). Sungguh, mereka tidak dapat melemahkan (Allah).
( khiyanat, zalim dan curang) hanyalah fatamorghana tentang ilusi kesuksesan, tidak akan menghancurkan kebenaran, bahkan kebinasaan mereka hanya tinggal menunggu waktu. Kapan ? Pada saat ummat pembela kebenaran menjadi nyata ( haqqul mubin).mereka menggunakan seluruh mata, kaki dan segenap potensinya untuk berjuang di jalan Allah, dan bermurah hati menegakkan amanah Allah.
- Sejalan dengan itu Al Qur’an memuturkan kisah Putrinya Syuaib yang berkata,
“Ya abati ista’jarhu , inna khoira man ista’jarta al qowiyyul amiin”,
Kekuatan manusia menjadi berkah jika disertai sehat ( qolbun saliim) sebaliknya kekuatan akan menjadi musibah jika disertai qolbun marid wa qolbun mayyit.
- Islam adalah dinurrahmah wassalamah, memerintahkan dan menanamkan sifat kasih sayang dan perdamaian. Berkenaan dengan itu, ucapan pertama kali yang disabdakan Nabi Muhammad SAW, ketika beliau tiba di kota Yasrib (Madinah) : “ Sebarkan salam, berilah makan, salatlah ketika manusia sedang tertidur, engkau masuk ke dalam surge dengan salam (perdamaian). Inilah Islam penuh kelembutan, dalam berdakwah juga penuh dengan salam, ajak jangan ejek rangkul jangan pukul. Semoga uraian tadi memberikan i’tibar untuk meningkatkan Taqwallah. Amiin.