Oleh : Dr. H. Muchlis, M.PdI
(Pengurus At-Taqwa Center Kota Cirebon)
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. (Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya ( QS. Al Alaq :1-5)
Ayat di atas jika dikaji secara mendalam memberi spirit dan inspirasi keilmuan terutama, berkenaan urgensi membaca serta implikasinya dalam meraih ilmu pengetahuan.
- Kandungan Ayat pertama :“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan” (ayat Dari suku kata pertama saja yaitu “bacalah”, telah terbuka kepentingan pertama dalam perkembangan agama ini selanjutnya. Nabi Muhammad SAW., disuruh untuk membaca wahyu yang akan diturunkan kepada beliau atas nama Allah, Tuhan yang telah menciptakan.
- Ayat ke dua “Menciptakan manusia dari segumpal darah” (ayat 2).
Yaitu peringkat yang kedua sesudah nuthfah. Yaitu segumpal air yang telah berpadu dari mani si laki-laki dengan mani si perempuan yang setelah 40 hari lamanya, air itu akan menjelma menjadi segumpal darah dan dari segumpal darah itu kelak setelah 40 hari akan menjadi segumpal daging.
- Ayat ke tiga “Bacalah, dan tuhanmu itu adalah maha mulia”(ayat 3).
Setelah pada ayat pertama Allah menyuruh Nabi Muhammad SAW. membaca dengan nama allah yang menciptakan manusia dari segumpal darah, diteruskan lagi menyuruh membaca diatas nama Tuhan. Sedang nama Tuhan yang selalu akan diambil jadi sandaran hidup itu ialah Allah yang Maha Mulia, Maha Dermawan, Maha Kasih dan sayang kepada mahluknya.
- Ayat ke empat“Dia yang mengajarkan dengan kalam”(ayat 4).
Yaitu diajarkanya kepada manusia berbagai ilmu, dibukanya berbagai rahasia, diserahkanya berbagai kunci untuk pembuka perbendaharaan Allah yaitu dengan qalam. Dengan pena disamping lidah untuk membaca, Tuhanpun mentaksirkan pula bahwa dengan pena ilmu dapat dicatat. Pena itu kaku dan beku serta tidak hidup namun yang dituliskan oleh pena itu adalah berbagai hal yang dapat difahami oleh manusia
5. Ayat ke lima “Mengajari manusia apa-apa yang dia tidak tahu” (Ayat 5). Terlebih dahulu Allah ta’ala mengajar manusia mempergunakan qalam.
Sesudah dia pandai mempergunakan qalam itu banyaklah ilmu pengetahuan diberikan oleh Allah kepadanya, sehingga dapat pula dicatat ilmu yang baru didapatnya itu dengan qalam yang sudah ada dalam tanganya.
Berdasarkan ayat tersebut kita disuruh untuk membaca agar menjadi orang yang bisa membaca sebelum tadinya tidak. Betapa pentingnya membaca itu, bahkan sesungguhnya setiap detik hidup ini adalah membaca. Tanpa membaca, orang akan kesulitan untuk mempelajari ilmu pengetahuan. Setiap orang bisa saja membaca objek yang sama. Namun yang membedakan adalah kualitas pembacaannya. Pada masa jahiliyyah dahulu, kondisi kehidupan masyarakat didominasi oleh pembacaan yang salah. Membaca yang benar dalam arti menyeluruh harus menjadi bagian dari hidup seorang muslim. Manusia baru dapat dimintai pertanggungjawaban setelah mampu membaca dalam arti luas. Sebab kemampuan membaca adalah tanda berfungsinya akal seseorang. Dikutip dari sebuah hadits, “Tidak ada agama bagi orang yang tidak berakal”. Kualitas pembacaan juga ditandai dengan kedalaman atau kejauhan pandangan. Dengan hanya sedikit indikator atau tanda, seharusnya setiap Muslim mampu membaca jauh melebihi apa yang dilihatnya.
Dalam ayat tersebut dapat diketahui perintah Allah SWT kepada manusia untuk menuntut ilmu, dan dijelaskan pula sarana yang digunakan untuk menuntut ilmu yaitu kalam. Mencari ilmu adalah sebuah kewajiban bagi umat manusia dan mengamalkannya juga merupakan ibadah. Semakin tinggi ilmu yang dikuasai, semakin takut pula kepada Allah SWT sehingga dengan sendirinya akan mendekatkan diri kepada-Nya. Adapun dalam salah satu hadits yang diriwayatkan oleh Abu Musa Al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah SAW bersabda:
“Perumpamaan apa yang aku bawa dari petunjuk dan ilmu adalah seperti air hujan yang banyak yang menyirami bumi, maka di antara bumi tersebut terdapat tanah yang subur, menyerap air lalu menumbuhkan rumput dan ilalang yang banyak. Dan di antaranya terdapat tanah yang kering yang dapat menahan air maka Allah memberikan manfaat kepada manusia dengannya sehingga mereka bisa minum darinya, mengairi tanaman dengannya dan bercocok tanam dengan airnya. Dan air hujan itu pun ada juga yang turun kepada tanah/lembah yang tandus, tidak bisa menahan air dan tidak pula menumbuhkan rumput-rumputan. Itulah perumpamaan orang yang memahami agama Allah dan orang yang mengambil manfaat dengan apa yang aku bawa, maka ia mengetahui dan mengajarkan ilmunya kepada yang lainnya, dan perumpamaan orang yang tidak perhatian sama sekali dengan ilmu tersebut dan tidak menerima petunjuk Allah yang aku diutus dengannya.” (HR. Al-Bukhariy)
Di dalam hadits ini terdapat pengarahan dari Nabi SAW agar bersemangat untuk mencari ilmu, yaitu beliau SAW memberikan perumpamaan terhadap apa yang beliau bawa, yaitu hujan yang menyeluruh di mana manusia mengambil dan memanfaatkan air hujan tersebut untuk memenuhi kebutuhan mereka. Kemudian beliau SAWmenyerupakan orang yang mendengar ilmu dengan bumi/tanah yang bermacam-macam dimana air hujan (ilmu) turun padanya:
- Diantara mereka ada orang yang berilmu, beramal dan mengajarkan ilmunya kepada yang lainnya, maka orang ini seperti tanah yang baik, yang menyerap air lalu memberikan manfaat pada dirinya dan menumbuhkan tanaman dan rumput-rumputan sehingga memberikan manfaat bagi yang lainnya.
- Diantara mereka ada yang mengumpulkan ilmu yang dia sibuk dengannya, di mana ilmu tersebut dimanfaatkan pada masanya dan masa setelahnya dalam keadaan dia belum bisa mengamalkan sebagian darinya atau belum bisa memahami apa yang dia kumpulkan, akan tetapi dia sampaikan kepada yang lainnya, maka orang ini seperti tanah yang menahan air sehingga manusia dapat mengambil manfaat darinya.
- Dan di antara mereka ada orang yang mendengar ilmu tetapi tidak menghafalnya, tidak beramal dengannya dan tidak pula menyampaikannya kepada yang lainnya, maka orang ini seperti tanah lumpur atau tanah tandus yang tidak dapat menerima/menampung air.
Kelompok pertama dan kedua dalam perumpamaan tersebut kelak akan dikumpulkan menjadi satu karena kebersamaan mereka dalam memanfaatkan ilmu yang mereka miliki walaupun derajat kemanfaatannya bertingkat-tingkat. Dan kelompok ketiga yang tercela akan dipisahkan dari kelompok satu dan dua karena tidak adanya kemanfaatan darinya.Dan tidak diragukan lagi bahwasanya terdapat perbedaan yang besar antara orang yang
- Diantara mereka ada yang mengumpulkan ilmu yang dia sibuk dengannya, di mana ilmu tersebut dimanfaatkan pada masanya dan masa setelahnya dalam keadaan dia belum bisa mengamalkan sebagian darinya atau belum bisa memahami apa yang dia kumpulkan, akan tetapi dia sampaikan kepada yang lainnya, maka orang ini seperti tanah yang menahan air sehingga manusia dapat mengambil manfaat darinya.
- Dan di antara mereka ada orang yang mendengar ilmu tetapi tidak menghafalnya, tidak beramal dengannya dan tidak pula menyampaikannya kepada yang lainnya, maka orang ini seperti tanah lumpur atau tanah tandus yang tidak dapat menerima/menampung air.
Kelompok pertama dan kedua dalam perumpamaan tersebut kelak akan dikumpulkan menjadi satu karena kebersamaan mereka dalam memanfaatkan ilmu yang mereka miliki walaupun derajat kemanfaatannya bertingkat-tingkat. Dan kelompok ketiga yang tercela akan dipisahkan dari kelompok satu dan dua karena tidak adanya kemanfaatan darinya. Dan tidak diragukan lagi bahwasanya terdapat perbedaan yang besar antara orang yang mencari ilmu lalu memberikan manfaat pada dirinya dan orang lain dengan orang yang rela dengan kebodohan dan hidup dalam kegelapannya sehingga dia tidak mendapat bagian sedikit pun dari warisannya para Nabi.
Melaluli spririt dan inspirasi surat Al Alaq ayat satu dengan lima, semoga semakin menggairahkan kita untuk berupaya semaksimal mungkin untuk meraih ilmu seluas mungkin dengan terbiasa membaca karya karya besar para ulama dan para pemikir lainnya, menimba ilma ilmu, mengamalkan dan mendakwahkan, semoga kita termasuk golongan ke satu dan kedua pada uraian di atas. Wallahu alam.









