Hakikatnya, setiap Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya. Ikatan persaudaraan ini dalam ajaran Islam dikenal dengan istilah ukhuwah. Kata ukhuwah sendiri sering dipadankan dengan kata islamiyah, sehingga membentuk istilah ukhuwah islamiyah, yang bermakna “persaudaraan sesama Muslim”. Istilah ini menegaskan bahwa hubungan antara umat Islam bukan sekadar hubungan sosial, tetapi merupakan ikatan keimanan yang kuat. Bahkan, dalam berbagai keterangan, kata ukhuwah atau turunannya seringkali digandengkan dengan kata iman, Islam, atau mukmin. Ini menunjukkan bahwa ukhuwah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari iman dan keislaman seseorang.
Dalam Al-Qur’an maupun hadits Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam, ukhuwah disebut sebagai salah satu indikator utama dari kualitas iman seorang Muslim. Dengan demikian, memperkuat ukhuwah bukan hanya berarti mempererat hubungan antarsesama, tetapi juga merupakan bentuk nyata dari pengamalan iman yang sejati.
Tiga unsur kekuatan yang salah satunya adalah ukhuwah yang menjadi karakteristik masyarakat Islam di zaman Rasulullah, yakni pertama, kekuatan iman dan aqidah. Kedua, kekuatan ukhuwah dan ikatan hati. Ketiga, kekuatan kepemimpinan dan alat/media pendukung kekuatan. Melalui tiga kekuatan tersebut, Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wassallam membangun peradaban masyarakat yang ideal dan memperluas Islam.
بَعْضًا بَعْضُهُ يَشُ د كَالْبُنْيَانِ لِلْمُؤْمِنِ اَلْمُؤْمِنُ
Artinya: “Seorang Mukmin dengan Mukmin lainnya seperti satu bangunan, sebagiannya menguatkan sebagian yang lain.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Mari perkuat ukhuwah Islamiyah kita. Sebab di sana, berbagai makar musuh Islam selalu dilakukan. Bila ukhuwah kita lemah, maka akan terjadi adu domba antar kelompok (harokah) Islam. Semua merasa kelompoknyalah yang paling benar, sementara yang lain salah.
Perseteruan antara umat pun semakin menjadi-jadi, bahkan bila dibiarkan bukan sebatas caci maki ,pihak-pihak lain pun akan memprofokasi agar berlanjut hingga jauh lebih merugikan lagi bentrok fisik saling serang.
Kita saksikan bersama saat ini adalah Palestina. Negara yang kini seperti sebuah penjara terbesar di dunia itu, hingga kini belum juga bisa terbebas dari penjajahan Zionis Yahudi. Bertahun-tahun penduduknya harus menanggung pendertiaan tak terkira. Tak sedikit dari wanita-wanita Palestina harus menjadi janda muda karena suami-suami mereka gugur sebagai syuhada. Anak-anak menjadi yatim karena ditinggal mati ayah bahkan ibunya.
Pertanyaannya, dimanakah kebersamaan umat Islam dalam membantu negara- negara Islam lainnya seperti Palestina agar terbebas dari kejahatan penjajah Zionis Yahudi? Itu baru negara Palestina, belum lagi negara-negara Islam lainnya yang kini sedang dalam proses dicabik-cabik.
Alasan terkuat yang bisa menjadikan umat manusia untuk bersatu ialah bila didasari di atas ukhuwah Islamiyah. Yang sudah pasti akan menyatukan kaum muslimin, walaupun keberadaan mereka saling berjauhan, terpencar diseluruh penjuru dunia, beda negeri, suku dan bangsanya. Namun dengan pondasi tersebut mampu menyatukannya, Allah menegaskan hal itu melalui firman -Nya:
Artinya: “Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara.” (QS Al-Hujurat: 10).
Sementara saat indonesia memperjuangkan kemerdekaannya tokoh pengusaha Palestina Syaikh Al Thaher & Mufti Masjidil aqsha yang paling semangat memberikan dan menumbuhkan dukungan Timur Tengah kepad kemerdekaan Indonesia.
Banyak sejarah yang menceritakan kepada kita bahwa kaum Anshar sangat bahagia menerima tamu Muhajirin, hingga mereka berlomba-lomba untuk dapat menerima setiap sahabat Muhajirin yang sampai di Yatsrib (Madinah). Karena para Anshar saling bersaing dan berlomba untuk dapat menerima sahabat Muhajirin hingga
mereka harus diundi untuk menentukan siapa yang menang dan dapat giliran menerima tamu Muhajirin. Ini sungguh terjadi hingga disebutkan bahwa tidaklah seorang Muhajirin bertamu ke Anshar kecuali dengan undian.
Kita akan berdecak kagum dengan sikap unik para sahabat Anshar ini yang kita tidak mampu berbuat seperti mereka, mungkin kita juga bertanya apa yang membuat mereka bisa sampai seperti itu, tindakan mereka di luar batas kemampuan manusia.
Al-Quran telah menjawab pertanyaan-pertanyaan kagum kita, Al-Quran telah menjelaskan rahasia yang mendorong para Anshar melakukan itsar luar biasa walaupun keadaan mereka yang sangat fakir dan juga sangat membutuhkan. Allah berfirman memuji mereka:
“Dan orang-orang (Anshar) yang telah menempati kota Madinah dan menempati keimanan (beriman) sebelum kedatangan mereka (Muhajirin), mereka (Anshar) mencintai orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshar) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin) dan mereka mengutamakan (Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-Hasyr: 9)
Kata kunci ukhuwah Islamiyah yang mendasari kaum muhajirin dan anshar dalam ayat tersebut adalah saling mencintai karena Allah, tidak mengharapkan apapun melainkan ridho Allah, sehingga hati mudah mengalah, berlaku itsar pada saudaranya seiman, berusaha tersenyum didepan mereka, mengindari perselisihan, sangat berharap terjadinya persatuan. Begitulah karakter para shahabat muhajirin dan anshar.
Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wassallam. bersabda,
“Ada seseorang yang mengunjungi saudaranya di sebuah desa. Di tengah perjalanan, Allah mengutus malaikat-Nya. Ketika berjumpa, malaikat bertanya, “Mau kemana?” Orang tersebut menjawab, “Saya mau mengunjungi saudara di desa ini.” Malaikat bertanya, “Apakah kau ingin mendapatkan sesuatu keuntungan darinya?” Ia menjawab, “Tidak. Aku mengunjunginya hanya karena aku mencintainya karena Allah.” Malaikat pun berkata, “Sungguh utusan Allah yang diutus padamu memberi kabar untukmu, bahwa Allah telah mencintaimu, sebagaimana kau mencintai saudaramu karena-Nya.” (HR. Muslim)
Persatuan dalam Kehidupan Sehari-hari
Menjaga ukhuwah Islamiyyah dalam kehidupan sehari-hari memiliki dampak positif yang luar biasa bagi individu dan masyarakat Muslim secara keseluruhan. Ini menciptakan lingkungan yang harmonis, di mana orang-orang saling mendukung dan berbagi dalam kebaikan. Berikut adalah beberapa aspek penting dari menjaga ukhuwah Islamiyyah dalam kehidupan sehari-hari:
a. Kepedulian terhadap Sesama
Menjaga ukhuwah Islamiyyah berarti kita harus peduli terhadap kesejahteraan dan kebutuhan sesama Muslim. Ini termasuk memberikan bantuan kepada yang membutuhkan, baik dalam bentuk materi, moral, atau emosional. Kita harus selalu siap membantu sesama dalam situasi sulit.
b. Menjauhi Perpecahan dan Sengketa
Allah SWT dalam Al-Quran juga menyarankan untuk menyelesaikan sengketa secara damai dan menyebarluaskan perdamaian. Ini merupakan bagian integral dari ukhuwah Islamiyyah. Menyelesaikan sengketa secara baik-baik dan menciptakan harmoni dalam masyarakat Muslim adalah tugas penting bagi setiap individu Muslim.
c. Mendukung Pendidikan dan Pengetahuan
Ukhuwah Islamiyyah juga mencakup saling mendukung dalam pendidikan dan pengetahuan. Mendukung pendidikan Muslim, membangun sekolah, dan
memberikan kesempatan bagi anak-anak Muslim untuk belajar adalah cara penting untuk memperkuat umat Muslim dan mencapai kesuksesan bersama.
Keutamaan Ukhuwah Islamiyah
Dari ukhuwah Islamiyah lahir banyak keutamaan, pahala, dampak positif pada masyarakat dalam menyatukan hati, menyamakan kata, dan merapatkan barisan. Orang-orang yang terikat dengan ukhuwah Islamiyah memiliki banyak keutamaan, di antaranya: Mereka merasakan buah dari lezatnya iman. Sedangkan selain mereka, tidak merasakannya. Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda:
“Ada tiga golongan yang dapat merasakan manisnya iman: orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya lebih dari mencintai dirinya sendiri, mencintai seseorang karena Allah, dan ia benci kembali pada kekafiran sebagaimana ia benci jika ia dicampakkan ke dalam api neraka.” (HR. Bukhari).
Semoga kedepan kekuatan ukhuwah Islamiyah itu bisa disadari sebagai sebuah kekuatan dahsyat dalam kehidupan komunitas muslim Mari kita rekatkan ukhuwah, singkirkan perselisihan, bersama kita wujudkan syari’at dalam kehidupan.









