Profil Ketua At-Taqwa Centre Kota Cirebon H. Ahmad Yani el-Muchtary, M.Ag. (Santri yang Aktifis)

Siapa sangka pria kelahiran Majalengka 42 tahun lalu (19 Januari 1975) saat ini (2017) eksis di Kota Cirebon sebagai Ketua Umum DKM Raya At-Taqwa dan Islamic Centre (At-Taqwa Centre) adalah alumni Pondok Pesantren Al-Istiqomah Kanggraksan Kota Cirebon. Kang Yani sapaan akrab Sahabat Ahmad Yani yang saat ini meniti karir sebagai Dosen tetap IAIN Syekh Nurjati Cirebon dalam bidang Ilmu Pendidikan Islam ini masuk Ponpes Al-Istiqomah pada bulan Juni tahun 1992, seiring dengan memasuki bangku kuliah di Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Gunung Djati (SGD) Bandung di Cirebon jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), dan menjadi alumni pada bulan September 1996.

Berbekal ilmu dasar ke-Islaman yang diperolehnya saat menjadi santri kalong dan siswa Madrasah Diniyyah sewaktu SD dan SMP di kampung halaman (Desa Buninagara Kecamatan Malausma Kabupaten Majalengka) serta selama di SMEAN Kabupaten Kuningan (SMK saat ini) jurusan Ketatausahaan. Sebagai panggilan jiwa dan karena situasi keluarga yang rata-rata berlatar belakang pendidikan umum, juga karena keprihatinan melihat kampung halaman yang dipandang minim kualitas pendidikan keagamaannya serta kondisi akhlak generasi muda yang saat itu mengkhawatirkan. Kang Yani junior bertekad bulat untuk mengubah haluan, dari yang berlatar belakang pendidikan umum, menjadi menekuni dan memeperdalam ilmu-ilmu ke-Islaman dengan belajar di perguruan tinggi Islam dan Pesantren. Pilihannya adalah di IAIN SGD Cirebon dan Ponpes Al-Istiqomah yang saat itu langsung dalam pengasuhan alm. Almaghfurlah KH. Abdurrahman Anwar.

Mesantren sebagai momentum Revolusi Belajar 

Selama nyantri di Istiqomah, Kang Yani merasa betul-betul mengalami proses revolusi belajar. Menyadari akan berbagai kekurangan ilmu agama Islam sebelumnya, menjadikan ia memiliki motivasi tinggi untuk belajar di Pesantren dan juga di kampus. Kenangan pada saat mengikuti pelajaran secara klasikal (bandungan) dengan Abah (saat itu mengkaji Kitab Riyaadhussoolihiin) maupun dengan ustadz yang lainnya dipastikan selalu berada duduk paling depan (walaupun kadang tidak tahan melawan rasa ngantuk) depan pak Kiyai/Abah. Prinsip Kang Yani, Justru dengan duduk berada paling depan menjadi sangat malu kalau harus ngantuk saat belajar. Selain berbagai ilmu Ke-Islaman seperti Fiqih, hadits, akhlak, tasawwuf, dan ulumul qur’an. Kang Yani juga sangat tertarik dengan belajar bahasa Arab dan ilmu alatnya serta Bahasa Inggris.

Diakui kang Yani, selama belajar di Pondok, dirinya merasa harus mampu memanfaatkan waktu dengan maksimal untuk belajar berbagai hal. Bahkan dirinya merasa tidak puas dengan target pembelajaran nahwu seperti al-Jurumiyyah dan Imriti di kelas Klasikal saat itu. Kang Yani akhirnya inisiatif memanfaatkan waktu senggang untuk Sorogan khusus mengkhotamkan kitab-kitab tersebut kepada salah satu Ustadz, mengikuti studi intensif ketika liburan panjang. Terkait minat bahasa Arab, Kang Yani Junior merasa bersyukur dengan Sahabat senior sekaligus Guru (dengan Kang H. Cecef Gogom Hufaedullah). Saking pengen bisanya belajar percakapan B. Arab Kang Yani meminta agar bisa tidur sekamar dengan Sahabat Senior yang saat ini Allah taqdirkan terus bersama-sama dalam dakwah. Alhasil, pada saat itu bersama-sama menjadiinisiator untuk mendirikan kursus B. Arab dan B. Inggris di Ponpes Al-Istiqomah yang dengan nama Intensive English and Arabic Al-Istiqomah (ILEA) pada tahun 1994 dan berkembang pesat sampai beberapa angkatan. Untuk belajar Kaligrafi selain di ILEA, Kang Yani langsung dapat bimbingan Kang Acung (Kiyai Fathullah Rahman) juga kemampuan membuat Letter dan dekorasi, plus dari organisasi ekstra kampus (PMII). Selama mesantren, Kang Yani junior juga banyak melakukan tabaaruk kepada para ulama, antara lain KH. Amin Sirad dan Abuya Bisri Imam (Ponpes Gedongan), Kiyai Hambali (Kendal Astanajapura Cirebon), Kiyai Ma’zumi Serang Banten, KH. Faridudin (Malasuma Kab. Majalengka).tifis

Di tengah-tengah kesibukannya menekuni ilmu-ilmu Ke-Islaman di Al-Istiqomah, Kang Yani junior juga tidak melupakan prestasi akademiknya. Walupun di awal-awal perkuliahan agak keteteran masuk Jurusan PAI. Namun berkat semangat kuat dan kemauan belajar banyak hal alhamdulillah IPK yang saat itu sangat sulit untuk mencapai 3,00, lama-lama dapat tercapai. Kang Yani merasa selain ilmu-ilmu Ke-Islaman yang harus dimiliki, ia memandang bahwa kompetensi sosial dan membangun jaringan itu penting dan itu hanya didapatkan di organisasi; Organisasi yang menjadi pilihan saat itu adalah Pergerakan Mahasiswa Islam (PMII), Forum Studi Pendalaman Islam (saat ini Lembaga Dakwah Kampus), Ketua Komisariat Kelas (Kosma) full selama Kuliah, Sekretaris ILEA sekaligus Sekretaris Pondok Pesantren saat itu juga menjadi laboratorium belajar beroganisasi.


Menjadi Santri yang aktifis tentu banyak tantangan, dari mulai mengatur waktu belajar, sampai berkorban tenaga dan fikiran bahkan materil. Yang paling kursial, pada saat ada kegiatan yang bersamaan antara di Pondok dengan di luar Pondok (PMII). Tak Jarang tertangkap basah sama Abah dan mendapat Marah (berupa arahan); ini menjadi kenangan tersendiri. Sehingga kang Yani junior harus pandai-pandai memberikan penjelasan kepada Abah. Itulah Abah yang luar biasa (beberapa saat setelah marah) berikutnya adalah memanggil dan tersenyum meminta Yani junior untuk melakukan sesuatu. Subhanalloh, yang dengan wasilah Abah almarhum, kehidupan ini alhamdulillah menjadi berkah. Aktifitas di organisasi terus berjalan sampai menjadi alumni Ponpes Al-Istiqomah.

Keberkahan Ilmu Kiyai/Abah sangat terasa

Kang Yani memandang anugerah nikmat yang Allah SWT berikan saat ini tidak terlepas dari keberkahan Ilmu yang di dapat dari Pesantren dan Bimbingan Abah alm al-maghfurlah (KH. Abdurrahman Anwar) serta Ustadz-Ustadz Pondok Pesantren saat itu (Kiyai Fathullah Rahman, dan lainnya). Diantara berkah yang dapat Kang Yani rasakan pada saat itu adalah dapat menyelesaikan kuliah di Kampus tepat waktu, 4 tahun (ikut wisuda ke kakak kelas) tahun 1996; Diminta aktif di Remaja Masjid At-Taqwa dari saat masih aktif ngaji di Pondok, tahun 1995); dapat mengembangkan kegiatan Ke-Islaman di Masjid Raya At-Taqwa Kota Cirebon, serta dapat melanjutkan S2 beasiswa Kemenag RI di IAIN SGD Bandung tahun 1997; Pada tahun 2000 Kang Yani menikah dengan alumni STAIN Cirebon yang juga santri Bapak KH. Manarul Hidayat (Ponpes Al-Mahbubiyah Jakarta) yaitu (Hj. Ayi Nining, M.Ag) yang saat ini sebagai Guru PAI SMAN 2 Kota Cirebon, dari pernikahannya dengan beliau, Kang Yani dianugerahi 5 (lima) orang anak:

 

 

 

 

 

 

 

 

  1. Ashfia Husna Fikroti Al-Ahya (Kelas IV C Gontor Puteri I Simbirejo Ngawi Jawa Timur);
  2. Haula Nurul Fikroti Al-Ahya (Kelas 1 SMPIQU Ponpes Al-Bahjah Sumber Cirebon);
  3. Halwa Nur Ramadhani Al-Ahya (Kelas 4 SDIQU Al-Bahjah Sumber Cirebon);
  4. Muhammad Habiburrahman Al-Ahya (Kelas 2 SDIT Sabilul Huda Kota Cirebon);
  5. Muhammad Hisyam Al-Ahya (3 tahun, Rumah Tahfiz Qur’an At-Taqwa)


Selain mengabdi dan meniti karir sebagai Dosen tetap di almamaternya, Kang Yani saat ini telah meluangkan hampir separo waktunya untuk mengabdi sebagai 
Ketua Umum DKM Raya At-Taqwa dan Islamic Centre Kota Cirebon (yang mengalami kemajuan pesat untuk ukuran masjid Agung dengan motto:Makmur, Melayani dan Mencerahkan di Jawa Barat). 

Di samping itu Kang Yani juga tercatat sebagai aktifis di berbagai organisasi Ke-Islaman antara lain (Ketua Pembina/Pendiri Yayasan Pendidikan dan Sosial Nurul Muchtar di Majalengka, Pengurus Baznas Kota Cirebon, Dewan Masjid Indoensia (DMI), Pengurus Hawary Jawa Barat, IKADI, Ketua Korda MES Kota Cirebon, ISNU, MPC PMII Cirebon, ISNU, Ketua Harian LPTQ Kota Cirebon, Ketua Formasi Al-Istiqomah

, Ketua Pembina RTQ At-Taqwa, Dewan Syari’ah Laziswa At-Taqwa, Pengurus TIMNAS PMPAI Pimpinan Prof. Dr. KH. Ahsin Sakho’ Muhammad.


Sumber/Kontributor : H. Ahmad Yani el-Muchtary, M.Ag.