Khutbah Jum’at: Mentalitas Pengemis & Tipologi Seorang Budak, Oleh Anisul Fuad, M.Si (Pengasuh Pesantren Darul Qur’an Kalisoka Tegal Jawa Tengah)

Jul 1, 2021 | Artikel, Artikel Islam, Berita, Kegiatan Attaqwa Cirebon, Other

MENTALITAS PENGEMIS

DAN TIPOLOGI SEORANG BUDAK

Oleh, KH. Anisul Fuad, M.Si.

Khutbah Jumat 2 Juli 2021 di Masjid Raya At-Taqwa oleh KH. Anisul Fuad, M.Si

(Pengasuh Pesantren Darul Qur’an Kalisoka Tegal Jawa Tengah)

Tentunya kita tahu siapa itu pengemis, dia hanya berfikir bagaimana makan dan hidup hanya untuk hari ini, bahkan yang ironis, sebagian mereka memiliki motto “ hidup untuk makan dan makan untuk hidup” . Lihatlah dengan mata hati kita betapa banyak orang yang pola pikirnya seperti pengemis, yang memikirkan perut dia sendiri hanya untuk saat ini. Banyak orang yang tidak sadar bahwa sebagian mereka sebenarnya ada di kondisi seorang pengemis. Kalau kita lihat lebih jauh sebagian pengemis memiliki mentalitas meminta-minta dari pada memberi.

Alloh menciptakan kita memiliki dua tangan dan dua kaki, dua mata dan dua telinga, semua bertutur supaya manusia mampu berdiri dan jadi pemenang. Tangan kita dua , satu untuk menolong diri sendiri dan yang satu  untuk menolong orang lain. Begitu juga kaki, kita diberikan dua pasang oleh Alloh. Maknanya mungkin satu buat kita mandiri, baik dalam keuangan maupun masalah dan kehidupan anda sendiri dan yang satunya lagi buat memandirikan orang lain, dalam arti membantu seseorang untuk berdiri sukses dan bahagia. Seseorang disebut bahagia apabila bisa membahagiakan dirinya sendiri dan membahagiakan orang lain. Begitu pula seseorang yang disebut sukses apabila bisa membuat dirinya sukses dan membantu orang lain agar sukses sepertinya.

Kebahagiaan yang sejati adalah kebahagiaan yang mengakar kedalam hatinya sendiri, kebahagiaan yang bukan ilusi namun kebahagiaan yang benar-benar impian semua orang. Kebahagiaan selalu muncul dari hati kita sendiri, bukan menggantungkan harapan kepada siapapun. Karena biasanya pada saat harapan kita gantungkan diluar diri kita hasilnya selalu membuat kita sedih dan kecewa.Satu-satunya harapan yang layak adalah mengharap kepada diri anda sendiri dulu, lalu berdo’a dan memohon kepada Alloh. Kebahagiaan tidak bisa dibohongi  meski kita selalu belajar tersenyum terus, padahal haati kita sedih sekali, mencoba tertawa terus padahal hati kita meringis sakit. Kebahagiaan tetap kebahagiaan, dia seperti warna putih yang tetap putih bukan warna hitam yang di buat putih

Tentunya kita mengenal bambu,bambu mengartikan kesabaran, bahkan mengendung makna kebahagiaan dan kemakmuran  kedalam karena memerlukan kuatnya akar yang lebat. Lihatlah bambu dan mulailah merenung saat ini. Bambu biasanya selama 1 sampai 2 tahun tidak terlihat pertumbuhanya , tetapi pada saat tahun ketiga, keempat dan seterusnya daia mampu berdiri tegak menjulang tinggi mengalahkan pohon-pohon lain dan lebih hebatnya lagi bambu mampu ikuti arus angin dan badai. Meskipun terkadang ada petir dan angin  besar, bambu tetap kuat  sambil berkata kepada kita bahwa “ saya kuat karena saya membangun akar yang dalam sekali”

Pada akhirnya, marilah kita ingat dengan sepenuh hati bahwa kebahagiaan, kesuksesan serta kemakmuran bukan muncul dari orang lain atau dari lingkungan sekitar, tetapi muncul dari hati terdalam kita. Berhentilah diri kita sebagai orang yang bermental dan berpola pikir pengemis. Karena mereka bukan berharap kepada kemampuan dirinya sendiri tetapi menuntut kepada orang lain.

Beda halnya dengan Tipologi seorang budak, Seorang budak jauh lebih baik dari seorang pengemis, dia tidak hanya memikirkan dirinya sendiri semata-mata. Dia juga tidak egois, diapun tidak meminta seperti layaknya seorang pengemis. Kalau seorang pengemis berfikir hanya untuk satu hari, sedangkan seorang budak bisa berfikir untuk satu bulan dan yang dia pikirkan hanya satu keluarganya. Seorang budak tentu lebih baik dari seorang pengemis, tetapi bukan berarti yang terbaik. Sebab keduanya sama-sama egois, bedanya  kalau seorang pengemis adalah perutnya, sementara seorang budak adalah perutnya dan perut keluarganya. Seorang pengemis dan seorang budak kuncinya adalah “ saya “ , Contohnya : yang penting saya dulu, atau yang penting keluarga

Jadwal Sholat Jum’at Masjid Raya At-Taqwa Kota CIrebon, 02 Juni 2021
Khotib – Imam – Muadzin & Muroqi

saya dulu. Kalau sudah yang penting “saya” dulu, maka sudah melupakan saudarnya, sesamanya bahkan sampai Tuhanya.

Sebutan budak mungkin relative tidak nyaman, tetapi itulah kenyataanya. Betapa banyak orang yang membungkuk-bungkuk kepada harta dan kekuasaan serta ketenaran, mengorbankan semua yang dia miliki demi ambisinya. Sekarang ini banyak budak yang berkedok macam-macam, terkadang memakai mobil yang paling mewah, komunikasinya sudah pakai handphone termahal yang paling hebat, mungkin rumah-rumahnyapun berisi barang-barang mewah dan antic yang harganya miliaran, tetapi tanpa di sadari jiwa dan hatinya menjadi budak kepada yang memiliki. Ada orang yang menjilat saudaranya demi kesuksesan, sementara banyak juga orang yang memimpin perusahaannya, pekerjaannya seperti memimpin gaya  “ Kodok / Katak “ menendang yang di bawah dan membungkuk ke atas. Inilah yang yang menyebabkan kebobrokan moral dan moril bangsa sehingga pribadi setiap orang hancur, yang penting asal atasan senang, meskipun kadang salah tetapi tetap saja di jalankan.

Berfikir seperti budak, bukan budak yang berarti pembantu. Kita sedang berbicara mentalitas dan hati di mana pola pikir banyak orang termasuk kategori ini. Khususnya masyarakat kita. Indonesia memiliki sejarah yang panjang tentang perbudakan yang tidak sengaja dibangun oleh para penjajah. Penjajah mendidik kita bukan bagaimana mandiri, justru bagaimana terikat, bukan bagaimana jadi mitra, tetapi bagaimana jadi budak yang setia. Kalau dulu orang membungkuk-bungkuk ke penjajah demi keselamatan, sekarang banyak orang membungkuk-bungkuk kepada harta, uang dan jabatan demi kesejahteraan dan kemakmuran. Kesejahteraan bukan hanya dirinya sendiri, tetapi kesejahteraan keluarganya. Bahkan seorang budak memiliki tuhan-tuhan baru, yaitu harta dan uang, selama 24 jam dalam hidupnya yang ada adalah uang, uang dan uang.

Tuhan telah terkalahkan, bahkan termarjinalkan oleh kekuatan uang. memang ada beberapa Negara maju yang menjadikan uang adalah tuhan buatnya. Paradigma berfikir seorang budak sangat disayangkan karena dia hanya selalu berfikir jangka pendek, memang dia lebih baik dibandingkan dengan seorang pengemis yang sama sekali tidak berfikir, tetapi pikiranya yang pendek inilah yang membuat para kaum budak menghalalkan segala cara demi ambisi dan tujuanya semata-mata. Mengejar sukses tetapi tidak bahagia, mengejar harta tetapi tidak bahagia, mengejar cinta tetapi tidak bahagia, bahkan mengejar ketenaran tetapi juga tidak bahagia. Padahal kebahagiaanlah yang selalu kita kejar.

Manusia itu bisa merubah hidupnya dengan cara merubah jalan pikiranya, untuk itu :

 

Hati-hati dengan pikiran anda,

Sebab ia akan menjadi ucapan anda

   Hati-hati dengan ucapan anda

Sebab ia akan menjadi perbuatan anda

   Hati-hati dengan perbuatan anda

Sebab ia akan menjadi kebiasaan anda

   Hati-hati dengan kebiasaan anda

Sebab ia akan menjadi karakter anda

   Hati-hati dengan karakter anda

Sebab ia akan menentukan masa depan anda

 

Marilah kita memohon, semoga kita jauh dan terhindar dari  manusia yang mengejar harta, tetapi tidak punya harta, mengejar jabatan tetapi tidak memiliki jabatan yang setia,dan mengejar kesuksesan tetapi tidak pernah sukses, serta bukan menjadi manusia yang hampa tanpa makna.

Follow Sosial Media At Taqwa :

Berita Terkait

Pin It on Pinterest

Share This