KUANTUM IKHLAS

Apr 20, 2018 | Artikel, Artikel Islam

Oleh : Muchlis, M.Pd.I.

(Pengurus At-Taqwa Centre Kota Cirebon Sie. Peribadatan)

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus[1595], dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.(QS. Al Bayinah :98:5)

 Judul di atas tentu berbeda dengan buku yang  berjudul  “Quantum Ikhlas “, buku best seller  karya besar Erbe Sentanu, namun yang dimaksud Kuantum  Ikhlas di sini secara sederhana dimaknai  “ kiat, strategi, petunjuk, serta seluruh proses dalam meraih keikhlasan, serta  dapat membantu mempertajam pemahaman serta daya ingat dan juga membuat nilai keikhlasan  menjadi sebuah pengalaman dan bagian dalam kehidupan . Kuantum Ikhlas  yaitu  berupa interaksi yang dapat mengubah energi ikhlas  menjadi cahaya ikhlas. Tulisan  ini dimulai dengan makna ikhlas, pendapat para ulama tentang ikhlas, , term-term yang menunjukkan  arti ikhlas, hambatan-hambatan dan langkah-langkah menuju ikhlas.

  1. Makna Ikhlas dan Pandangan Para Ulama

Trem “Ikhlas” dalam bentuk asli اخلاص tidak ditemukan di dalam Al Qura’n. Namun dalam bentunya yang lain ditemukan sebanyak 31 kali. Kata ikhlas berasal dari tiga akar kata, kha, lam, dan shad. Yang berarti تنقية الشئ وتهديبه   ( mengosongkan sesuatu dan membersihkannya). Atau ikhlas secara kebahasaan bisa  dimaknai “ sesuatu yang murni (صار خا لصا). Yaitu ketika sesuatu itu tidak tercampur dengan selainnya, atau terpisah dari sesuatu yang mengotorinya. Biasanya segala segala  sesuatu terbentuk karena adanya campuran dengan yang lain. Apabila ia telah terpisah dar i sesuatu yang mencampurinya, maka baru disebut murni/bersih ( لصاخا ) Sebagaimana firman Allah :

Dan Sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu. kami memberimu minum dari pada apa yang berada dalam perutnya (berupa) susu yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya. (Q.S: 16:66)

Adapun term ikhlas secara spesifik terdapat beberapa definisi, antara lain, “tarqur riya’fith thoati” ( tidak pamer dalam menjalankan ketaatan). Ikhlas adalah ::” takhlishul qolbi an syaibatisy syaobi”(menyelamatkan hati dari campuran yang dapat mengotorinya ). Berkenaan dengan makna ikhlas dari sisi etimologi, para ulama berpendapat , antara lain  diantaranya ada yang mengatakan :

  1. Ikhlas ialah “Menjadikan Allah Subhanahu wa Ta’ala satu-satunya tujuandi dalam menjalankan ketaatan”.
  2. Ada juga yang mengatakan : “Ikhlas ialah membersihkan perbuatan dari mencari pandangan manusia”.
  3. Al-Harawi berkata: “Ikhlas ialah membersihkan amalan dari setiap noda”
  4. sebagian yang lain ada yang mengatakan: “Orang yang mukhlis ialah orang yang tidak perduli, seandainya hilang seluruh penghormatan kepadanya di dalam hati manusia, untuk kebaikan hatinya bersama Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan dia tidak suka manusia mengetahui amalannya walaupun seberat debu. Allah.
  5. Syekh Abu Ali ad Daqqaq berkata :” keikhlasan adalah menjaga menjaga diri dari campur tangan makhluk, sehingga yang ikhlas tidak bersifat riya”
  6. Zun Nun al Misri mengatakan :’ keikhlasan tidak dapat dipandang sempurna, kecuali dengan menjalani dengan sebenar-benarnya dan bersabar untuknya. Sedangkan jujur hanya dapat dipenuhi dengan cara berikhlas secara terus menerus”. Lebih lanjut beliau mengatakan, “ada tiga tanda keikhlasan, yaitu manakala orang yang bersangkutan memandang pujian dan celaan manusia sama saja, melupakan amal ketika beramal, dan jika ia lupa akan haknya memperoleh pahala akhirat sebab amal baiknya”.
  7. Al Junaid mengatakan : “ keikhlasan adalah rahasia antar Allah dan si hamba. Bahkan malaikat pencatat tidak mengetahui sedikitpun mengenainya untuk dituliskannya, syetan juga gtidak mengetahuiinya higga tidak dapat merusaknya, nafsupun tidak menyadarinya sehingga ia tidak mampu menyadarinya.”
  1. Hambatan-hambatan Meraih Ikhlas

       Seseorang tidak perlu mengatakan dengan kata-kata seperti :”. saya harus ikhlas.. “, akan tetapi ia cukup berusaha melawan atau menyingkirkan hambatan-hambatan dalam meraih keikhlasan. Dalam hal ini para ulama memformulasikan, atau paling tidak ada tiga hal yang dianggap sangat dominan menghilangkan keikhlasan, yaitu, riya, suma’h dan ‘ujub

  1. Riya dan suma’ah , Secara etimologis, riya berasal dari kata ra’a- yara- ra’yatan yang berarti idrokul mar’i (pencapaian yang sebenarnya atas obyek yang dilihat). Dalam makna lain riya, “melakukan `ibadah dengan tujuan dilihat oleh manusia, sehingga orang yang riya’ itu mencari pengagungan, pujian, harapan atau rasa takut terhadap orang yang dia berbuat riya’ karenanya.” Sementara itu sum’ah berasal dari kata sami’a, yang dimaksud adalah keinginan seseorang agar perbuatan baiknya di dengar orang lain. Dalam keseharian perbuatan riya dan sumah dapat dilihat dalam bentuk ibadah, misalnya ketika seseorang memperbaiki posisi sholatnya atau gerakan sholatnya karena mengetahui bahwa dia sedang diperhatikan oleh orang yang dianggap lebih ‘alim atau lainya.

       Riya atau sum’ah dalam kepribadian misalnya : Karena di karuniai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala suara yang merdu misalnya, maka timbulah penyakit riya` atau ujub ini pada ni`mat tersebut; Mengeraskan/menbaguskan bacaan dalam membaca Al-Qur`an atau ketika mengumandangkan adzan dengan harapan ingin mendapatkan pujian atau agar diakui bahwa dia memiliki suara yang bagus atau merdu. Pada hakekatnya membaguskan suara dalam membaca Al-Qur’an, dengan tidak dibuat-buat atau berlebih-lebihan merupakan sunnah. Berkenaan dengan amalan riya, allah SWT mengingatkan sebagaimana dalam firman-Nya ;

         “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya Karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, Kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (Tidak bertanah). mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir”(QS. Al baqoroh :2:264).

 

  1. Ujub. Kata ujub berasal dari kata ‘ajaba, ya’jibu yang berarti heran, takjub. Kata ini dalam berbagai derivatnya juga banyak ditemukan di dalam Al Qur’an

       Sikap ujub sesungguhnya identik dengan sikap sombong yang diistilahkan di oleh  Al Qur’an dengan istikbar. Al Asfahani menjelaskan, kata istibar mengandung dua pengertian . Pertama, upaya seseorang agar menjadi besar. Jika dilakukan secara proforsional, maka dianggap hal itu menjadi sesuatu yang positif. Kedua merasa puas atas kemmapuannya sendiri sehingga dari dalam dirinya sesuatu yang sebenarnya tidak layak untuk disandangnya.

Dalam konteks ikhlas, sikap ujub berarti memasukan oknum lain ke dalam dirinya, yakni hawa nafsunya, untuk mendapatkan pujian. Padahal hanya Allahlah yang layak menyandangnya. Karena itu, siapapun yang bersikap ujub, berarti ia telah mengambil “ pakaian kebesarn-Nya” dan ia tidak layak masuk surga.asulullah bersabda :

“Kesombonganadalah selendang-Ku dan keagungan adalah pakaian-K,maka barang siapa mengambil dariKu salah satu dari keduanya, Aku pasti melemparnya ke neraka” ( Riwayat Abu Dawud dari Hannad).

  1. Langkah-langkah Menuju Ikhlas.

Untuk menanggulangi dan menghindarkan dari hambatan-hambatan ikhlas, maka perlu dilakukan beberapa langkah.

  1. Melupakan segala perbuatan yang baik. Berusaha melupakan perbuatan baik yang pernah kita lakukan, yang dilandasi atas satu kesadaran bahwa kita tidak tahu pasti apakah kebiakanitu diterima atau tidak oleh Allah, maka kita akan terhindar dari hal-hal yang menyebabkan terhapusnya pahala amal kebajikan itu sendiri.
  2. Menyadari bahwa segala sesuatu adalah milik allah. Konsep kepemilikan dalam Islam bukanlah yang kita miliki itu milkul mutlak, yakni kepemilikan penuh. Akan tetapi kepemilikannya adalah milkul amanah, yaitu kepemilikan yang bertanggung jawab, Kita menyadari bahwa apapun yng kita miliki akan sirna mkarena pemilikan mutlak adalah Allah. Disinillah ini berarti mengenyahkan dari diri sifat takabur. Allah berfirman :

Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. dan Sesungguhnya kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang Telah mereka kerjakan” ( QS. An Nahl : 16:96)

  1. Memperbanyak amal dengan istiqomah. Keikhlasan akan dapat diraih dengan keseriusan sesorang dalam menjaga batinnya ketika sedang beramal semata-mata karena Allah, hanya mengharap keridhoan Allah. Di sinilah, konsistensi atau istiqomah sangat diperlukan.. Bisa jadi awalnya ada riak riya, sum’ah dan ujub.Namun dengan sikaf istiqomah lambat laun keikhlasan akan muncul dengan sendirinya. Sebab pada hakikatnya, ia sudah bisa menikmati apa yang dilakukannya, bukan apa yang diucapkannya.

Wallahu alam.

Berita Terkait

Konsep Wisata Halal di Cirebon Harus Cakup Seluruh Aspek

Konsep Wisata Halal di Cirebon Harus Cakup Seluruh Aspek

Cirebon, kota yang kaya akan budaya dan tradisi, terletak di pesisir utara Jawa Barat, telah lama menjadi tujuan favorit para pelancong. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, wisata halal di Cirebon mulai mendapatkan perhatian yang lebih serius. Seluruh elemen yang...

Apa Itu Wakaf Produktif dan Seperti Apa Saja Contohnya?

Apa Itu Wakaf Produktif dan Seperti Apa Saja Contohnya?

Wakaf merupakan instrumen yang ditawarkan agama Islam yang mewujudkan aspek moral yang menekankan pada nilai keadilan sosial dan ekonomi. Wakaf mempunyai potensi yang besar untuk membawa angin segar bagi perkembangan perekonomian Indonesia dengan didukung oleh para...

Pin It on Pinterest

Share This